hidup itu indah

Review Buku: Hidup itu Indah, Kalau Kita Tahu Cara Menikmatinya!

Setelah menyelesaikan 4 bab pertama kemarin, hari Jumat saya berhasil menyelesaikan membaca buku Hidup itu Indah, Kalau Kita Tahu Cara Menikmatinya! Buku ini memang bisa dibaca dengan cepat, karena selain cerita-ceritanya menarik, saya bisa mengerti dan merasa relate dengan cerita yang ada.

Tentang Buku Hidup itu Indah

Buku karya Ayub Yahya yang ke-35 ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama di tahun 2011. Di tahun yang sama, penulis menerbitkan juga buku lain melalui Gramedia Pustaka Utama, akan tetapi setelahnya, saya tidak menemukan jejaknya kenapa penulis buku ini tidak menulis lagi, dan tidak juga menulis di blog ataupun sosial media lainnya.

Penulis buku ini seorang pendeta, ketika menuliskan buku ini, dia berada di Singapura. Cerita-cerita parodi kehidupan dalam buku ini banyak mengambil contoh kehidupan orang di gereja.

Setelah 4 cerita pertama kemarin, masih ada 16 cerita lainnya. Totalnya, buku ini memiliki 20 cerita. Seperti 4 cerita pertama, setiap bab diceritakan dengan ringan dan membuat saya merenungkan lagi apakah saya termasuk tokoh yang diceritakan di dalamnya. Ceritanya dari keseharian sih, termasuk dari acara piala dunia tahun 2010. Sepertinya pak Ayub Yahya pengamat penonton sepak bola juga.

Saya tidak akan mengulangi setiap cerita, karena lebih baik dibaca sendiri saja kalau memang ingin mencari bacaan ringan dan ikut merenung. Walaupun ceritanya mengambil kisah tentang orang di gereja atau pengalamannya sebagai pendeta, sebenarnya ceritanya sendiri cukup umum dan banyak dilakukan oleh setiap orang, bukan orang agama tertentu saja.

Beberapa judul lain yang menarik dari buku ini misalnya: Terlalu, Sakit, Cinta? Arghhh!, Zakumi, Khotbah, Melayani? Sibukisme, sampai dengan cerita Natal dan membuat resolusi di Tahun Baru.

Cerita yang cukup berkesan buat saya adalah tentang sibukisme, bagaimana orang yang terlalu sibuk sampai lupa untuk mengambil waktu untuk tetap beristirahat dan mendengarkan Firman Tuhan. Cerita lainnya juga tentang Natal yang paling berkesan. Karena sepertinya, kegiataan perayaan agama buat setiap orang memang menjadi tradisi berulang saja dan sulit mengingat tahun tertentu di mana kegiatan tersebut paling berkesan.

Hal yang menarik dari buku ini

Di review kali ini, saya ingin menuliskan beberapa hal yang membuat buku ini menarik buat saya:

  1. Saya merasa, hal-hal yang dituliskan seringkali seperti apa yang saya rasakan. Tapi, walaupun berbagai kisah itu niatnya mengingatkan dan agak berlebihan, faktanya memang banyak orang seperti itu ditemui di dunia nyata.
  2. Cara menikmati hidup yang disebutkan di judul buku ini tidak diberikan secara gamblang di setiap cerita. Buku ini memang bukan buku self-help yang memberikan cara menikmati hidup, bukan pula buku fiksi, tapi juga bukan buku yang terlalu mengkotbahi sih. Buku ini seperti disebutkan di sampul adalah kumpulan parodi kehidupan. Kita diajak merenungkan kembali apakah kita pernah melakukan apa yang dilakukan oleh salah satu tokoh dalam setiap cerita.
  3. Penggunaan nama-nama tokoh dalam buku ini terasa sekali disamarkan. Nama yang dipakai juga bukan nama indah, tapi ya nama-nama yang memang umum digunakan di tahun 2011 untuk membuat contoh secara umum.
  4. Buku ini menuliskan hal-hal yang sebenarnya seringkali ingin saya tuliskan juga, akan tetapi, seringkali saya tidak jadi menuliskannya, karena kuatir ada yang membacanya lalu tersinggung karena menduga-duga kalau saya sedang menceritakan tentang orang secara spesifik. Tapi buku ini bukan buku ngomongin orang sih, bukan pula menyebar gosip ya. Malah mengingatkan saya berkali-kali tentang merespon suatu peristiwa.
  5. Jumlah halaman dari setiap ceritanya tidak terlalu banyak, saya bisa membaca dengan cepat karena setiap cerita merupakan hal yang umum terjadi di kehidupan.

Kalau melihat dari jumlah buku yang sudah diterbitkan, penulis buku ini sangat produktif, dan kebanyakan tulisannya berasal dari tulisan di blog. Bisaan aja ya menemukan benang merah tulisan, dijadikan buku dan malah diterbitkan Gramedia pula. Sayangnya seperti hilang jejak setelah bukunya terbit di Gramedia.

Rekomendasi

Walaupun buku ini diterbitkan tahun 2011, buku ini masih menarik untuk dibaca di tahun 2022 ini. Beberapa hal memang sudah terasa berlalu lama, tapi kebanyakan kisah malah membuat saya jadi bernostalgia lagi dengan tahun 2011.

Buku ini saya baca di Gramedia Digital, tapi kemungkinan besar buku ini ada juga di ipusnas. Tapi untuk hal ini, saya harus periksa lagi. Kalau memang kamu mencari bacaan ringan untuk menertawakan hidup, boleh juga membaca buku ini. Bisa dibaca dengan santai kok, setiap hari 1 bab saja misalnya.


Posted

in

, ,

by

Comments

One response to “Review Buku: Hidup itu Indah, Kalau Kita Tahu Cara Menikmatinya!”

  1. Shanty Dewi Arifin Avatar

    Ini kok mengingatkan sama seri buku biksu Ajahn Brahm, Cacing & Kotoran Kesayangannya. Cerita penghangat jiwa dari para ahli agama.

Leave a Reply to Shanty Dewi ArifinCancel reply