Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, Film Hitam Putih Penuh Warna

Film Indonesia Jatuh Cinta Seperti di Film-Film yang tayang November 2023 ini sudah masuk Netflix. Saya pikir filmnya akan ringan karena genre romantis komedi, ternyata film ini nggak ringan. Disajikan gampang dicerna, tetapi penuh pelajaran di dalamnya. Pastinya bukan cerita cinta ala remaja, menontonnya bisa sambil belajar buat naskah film dan mendapat gambaran dunia para pekerja film dengan dialog yang kuat dari awal sampai akhir.

Tentang Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Sebelum menonton ini di Netflix, saya sama sekali belum baca ataupun lihat trailernya. Kalau kamu ragu-ragu, mungkin bisa coba lihat trailernya dulu dan baca tulisan ini sampai habis.

Trailer

Sinopsis

Bagus, seorang penulis naskah film yang biasanya mengerjakan film adaptasi berusaha mengajukan tulisan asli karyanya kepada rumah produksi tempat dia bekerja. Skenario yang dia ajukan terinspirasi dari kisah pribadinya yang bertemu kembali dengan cinta masa SMA nya yang baru saja menjadi janda karena suaminya meninggal.

Hana, yang pindah ke Jakarta setelah ditinggal suaminya membuka usaha toko kembang seperti yang dia lakukan bersama suaminya, karena merasa dengan bunga itulah hiburan satu-satunya yang dia peroleh ketika ditinggal suaminya. Dia masih belum bisa melupakan suaminya dan dia percaya kalau dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Kisah cinta itu hanya menarik kalau diceritakan untuk kisah cinta masa remaja yang tokohnya juga tentu masih muda dan cantik.

Dari pertemuan kembali antara Bagus dan Hana, mereka digambarkan bisa berdiskusi dan membicarakan apa saja. Bertukar cerita dengan santai. Hana menganggap Bagus itu ya seperti teman lama saja, tetapi buat Bagus, usahanya membuat kisah pertemuan mereka kembali menjadi film akan menjadi cara dia menyatakan cintanya pada Hana.

Film ini bukan saja menceritakan bagaimana perjalanan kisah Bagus dan Hana, tetapi lebih banyak menceritakan bagaimana kisah pembuatan naskah yang ditulis Bagus dengan judul Jatuh Cinta Seperti di Film-Film.

Para pemain

  • Ringgo Agus Rahman sebagai Bagus
  • Nirina Zubir sebagai Hana
  • Alex Abbad sebagai Yoram
  • Sheila Dara Aisha sebagai Cheline
  • Dion Wiyoko sebagai Dion

Menarik melihat bagaimana Ringgo Agus Rahman dipasangkan dengan Nirina Zubir oleh penulis cerita dan sutradara Yandy Laurens yang sebelumnya juga bekerja sama dengan mereka di film Keluarga Cemara.

Pelajaran dari Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Hal yang membuat film ini menarik bukan karena ceritanya saja, dialognya sudah pasti yang menjadi kunci utama dari film ini, karena sebagian besar dari film ini adalah dialog. Akan tetapi, isi dari dialognya itu yang memberikan banyak pelajaran yang bisa jadi renungan. Mungkin film ini nggak cocok untuk remaja, tetapi lebih untuk usia dewasa yang sudah lebih bisa melihat realita kehidupan cinta tak selalu seindah film remaja dan penuh adegan pelukan dan ciuman.

8 Sequence dalam membuat naskah film

Bagus, tokoh utama dari cerita ini adalah pembuat naskah film. Biasanya dia membuat naskah adaptasi. Dari salah satu dialognya dengan Hana, dia menjelaskan ada 8 sequence dari sebuah film.

  • Sequence 1: perkenalan tokoh
  • Sequence 2: dilema dari tokoh utama
  • Sequence 3: Hambatan awal dari tokoh
  • Sequence 4: Midpoint bisa berupa hambatan lanjutan atau fase false belief
  • Sequence 5: Twist dan Turn
  • Sequence 6: Titik terendah dalam hidup tokoh utama
  • Sequence 7: Klimaks dari cerita
  • Sequence 8: Resolusi yang menjadi babak terakhir yang menutup cerita.

Pelajaran tentang pembuatan film

Film ini sendiri dibuat mengikuti 8 sequence. Uniknya, untuk setiap bagian ada penjelasannya. Termasuk penjelasan kenapa filmnya harus hitam putih dan apa yang ingin dicapai dengan penggunaan warna hitam putih di era film yang sudah berwarna ini.

Ada banyak bagian juga yang mengingatkan untuk tidak menonton film bajakan, ada bagian bagaimana penulis naskah dikejar-kejar deadline sampai jatuh sakit, dan tentang hal-hal yang menghambat produksi sebuah film.

Oh ya, ada juga nih bagian penjelasan peran dari masing-masing editor dan creative producer. Bagaimana ditengah shooting, terkadang sutradara perlu mendengar masukan dari pemeran ataupun editor yang bisa saja ditengah-tengah terjadi pergantian atau tambahan dialog. Duh berasa deh sulitnya membuat film yang bagus itu, karena melibatkan banyak orang juga.

Unsur komedi dari film ini berasa sekali ketika berusaha menjelaskan kondisi industri film dan upaya membuat film yang laris dengan membuat sekuel ataupun serba horor. Oh hal menarik lainnya adalah penggunaan nama 2 tokoh yang menjadi sahabat Bagus: Cheline dan Dion yang disebutkan sebagai pasangan suami istri. Auto inget Celine Dion nggak sih.

Pelajaran tentang jatuh cinta yang bukan hanya milik remaja

Hal yang juga patut direnungkan dari film ini adalah bagaimana mereka berusaha mengingatkan kalau jatuh cinta ataupun film romantis itu bukan berarti harus kisah cinta remaja saja. Bisa saja kisah cinta yang diperankan oleh usia paruh baya.

Kehidupan orang yang sudah paruh baya tentu berbeda dengan anak remaja. Masalah hidup sudah banyak dilalui dan mungkin tidak ingin diulang kembali. Ada suka dan duka yang lebih banyak sudah dialami oleh orang usia 40-an. Film ini memberikan argumen yang seimbang antara apakah setelah usia 40-an sudah tidak bisa jatuh cinta lagi atau masih bisa seperti di film-film. Semuanya kembali kepada pilihan masing-masing ya.

Pelajaran dalam menekankan komunikasi dalam hubungan juga menjadi pesan yang cukup berasa dari cerita ini. Bagaimana kita perlu untuk mengatakan apa adanya supaya hal yang romantis itu bukan hanya ada di kepala alias ilusi semata.

Rekomendasi

Kesimpulannya, saya merekomendasikan film yang sudah masuk ke Netflix ini. Kalau ditanya apa yang membuat saya suka dengan film ini, saya bisa jawab panjang lebar. Saya suka ide ceritanya yang membuat seolah ini cerita diangkat dari kisah nyata. Suka dengan akting para pemainnya yang sangat tepat menggambarkan usia tokoh yang diceritakan. Dialog yang terjadi juga sangat natural dan tidak seperti sedang menonton film, lebih berasa seperti lagi nguping orang yang kebetulan lagi ngobrol di meja sebelah.

Saya juga suka dengan ide penggunaan warna hitam putih, di dunia yang penuh warna. Sebagai penonton saya jadi bisa fokus menyimak dialog yang terjadi di antara tokoh-tokohnya, termasuk ketika bagian kesadaran bahwa ketika kita melakukan kesalahan dalam hidup, kita tidak bisa semudah melakukan retake dalam pembuatan film. Hidup harus jalan terus. Kalau ada kesalahan, ya diusahakan memperbaikinya dan upayakan supaya tidak terjadi lagi.

Kesimpulan akhir dari film ini diberi berwarna supaya penonton jadi bisa melihat perbedaan antara naskah film yang dibuat sebagai karya Bagas dalam film ini dan bagaimana penulis film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film mengakhiri film ini.

Baik film yang hitam putih maupun berwarna, saya sangat suka dengan film ini. Pokoknya langsung tonton deh!


Posted

in

,

by

Comments

Leave a Reply