Asalnya (Asli) Dari Mana?

Setiap kali bertemu atau berkenalan dengan orang baru, biasanya selain memperkenalkan nama akan ada pertanyaan: “Asalnya (asli) dari mana?”

Akan tetapi, ternyata pertanyaan yang sederhana itu, terkadang tidak bisa dijawab dengan mudah, apalagi untuk orang yang sudah merantau dan lebih lama di perantauan dari pada di tempat asalnya.

Pertanyaan tersebut tentunya bukan bermaksud ada jawaban asli atau palsu, tetapi lebih bermaksud mengenali lebih lanjut berdasarkan asal daerah. Siapa tau ada garis yang bisa ditarik dan membuat lebih cepat berasa dekat. Ya kan lebih baik ditanya daripada langsung SKSD (Sok Kenal Sok Dekat).

Saya masih ingat, kali pertama saya mendapat pertanyaan itu tentunya saat saya merantau ke Bandung untuk kuliah. Waktu itu sih menjawabnya masih sederhana. Tetapi sekarang ini, setelah hidup lebih lama (baca: tua), kok ya rasanya jawabannya jadi ga sederhana. Padahal seharusnya namanya asal itu tidak akan berubah. Namanya juga daerah asal. Kalau berubah-ubah namanya bukan tempat asal dong!

Saya merasakan pertanyaan sederhana jadi sulit dijawab karena bingung sendiri saya ini asli mana? Coba ya saya ceritakan di sini, dan bantu saya untuk menjawab pertanyaan asli mana.

Bingung itu mulai dari mau menjawab asal sebagai kota kelahiran, suku bangsa, atau kota tempat tinggal terakhir sebelum akhirnya pindah ke kota yang sekarang menjadi tempat tinggal.

Numpang Lahir di Jakarta

Saya lahir di Jakarta, tetapi saya tidak pernah ingat dan belum pernah benar-benar tinggal di sana. Memang kami pindah mengikuti orang tua yang bekerja sejak saya berumur 3 tahun. Tetapi, setelah saya dewasa, saya cukup sering mengunjungi Ibukota Indonesia ini. (Setidaknya sampai saat saya menuliskan ini, Jakarta masih menjadi ibukota Indonesia).

Sekarang ini, setiap kali kami ke Indonesia, sebagian besar waktu kami habiskan di sekitar Jakarta. Depok masih dekat ke Jakarta kan ya, otomatis ya kalau mudik itu jalan-jalan ke daerah Jakarta. Kalau ada yang bertanya apa kesan saya tentang Jakarta? Jawabannya: macet dan jauh kemana-mana.

Untuk menghindari menghayati lagu Siapa Suruh Datang Jakarta, saya hanya ke Jakarta hanya untuk hal-hal yang diperlukan saja. Pastinya saya bukan asli jakarta ya, hehehe.

Monas tahun 2016
Monas tahun 2016

Walau demikian, dari sedikit waktu tinggal di Jakarta, saya sudah cukup mengunjungi landmarknya seperti Monas dan juga tempat-tempat wisata seperti Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Pancasila Sakti, Dunia Fantasi, Jungle Land, dan Perpustakan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, paling saya mengunjungi beberapa mall yang tersebar di sekitar Jakarta.

Walaupun numpang lahir di Jakarta, saya tidak pernah mengaku-aku sebagai orang Jakarta tentunya. Karena apa? Ya karena saya nggak pernah merasa tinggal di sana.

Besar di Medan

Saya menghabiskan masa kecil saya di Medan. Ini bener-bener di kota Medan loh, bukan di daerah sekitar Medan lalu ngaku-ngaku dari Medan. Dari sejak berumur sekitar 3 tahun, sampai lulus SMA (sekitar 15 tahun) saya tinggal di kota ini.

Kalau orang dari kota lain sering mengidentikkan Medan dengan banyak preman. Kayaknya Preman Medan paling ditakuti ya, apalagi kalau premannya sampai ke Jakarta. Pusat Pasar atau dikenal Pajak Sambu konon menjadi tempat yang sering dianggap tempat paling rawan kejahatan copet dan orang-orang yang kasar.

Pajak Sambu di Medan, terminal angkot dan jualan barang bekas
(sumber: https://www.pariwisatasumut.net/2020/01/pajak-sambu-medan.html)

Tetapi, sebagai yang hampir setiap hari naik angkutan umum dan kadang-kadang harus naik dari Pajak Sambu, saya sih tidak merasa ada ketakutan seperti itu. Biasa aja sih. Seperti halnya anjing yang tidak menggigit kalau tidak diganggu, preman ataupun orang jahat tidak akan mengganggu kalau kita tidak mengganggu atau tidak mengenakan aksesori berlebihan yang menarik buat mereka copet.

Apa yang menarik dari Medan? Kalau dulu sih makanannya. Bukan wisata kuliner di restoran, tetapi karena ada mama saya yang masakannya selalu membuat rindu. Eh tetapi sebenernya ada sih beberapa makanan khas Medan yang juga selalu bikin kangen: Ikan mas arsik, Pisang goreng kipas, yang berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, dan lapet, makanan khas orang Batak.

Bagaimana dengan tempat wisata di Medan? Di kota ini ada namanya Istana Maimun, sayangnya bertahun-tahun saya tinggal di Medan, saya belum berkesempatan mengunjungi tempat itu. Eh kalau liburan sih, biasanya kami pergi ke pulau Samosir dan danau Toba. Belum tau apa itu danau Toba? Ini tempat wajib dikunjungi kalau sudah sampai ke Sumatera Utara.

Danau Toba di Sumatera Utara (foto dari situs: https://kemenparekraf.go.id/)

Apakah saya asli Medan?

Hmm… ketika saya merantau di masa kuliah, saya sering menjawab pertanyaan asli mana dengan kota Medan sih. Karena selain besar di Medan, saya juga memang suku Batak Simalungun, suku mayoritas yang ada di Sumatera Utara. Ada yang bilang, orang Batak yang besar di Medan itu masih Batak Tembak Langsung. Kalau orang Batak yang lahir dan besar di daerah lain di Indonesia, udah berkurang kadar bataknya. Ini kata orang loh ya, bukan kata saya. Nah, kalau lahir di kota lain dan besar di Medan, masih masuk Batak Tembak Langsung nggak ya?

12 Tahun di Bandung

Lulus SMA, saya merantau ke Bandung untuk kuliah. Nah, di kota inilah saya mulai sering mendapat pertanyaan: Asal mana? Asli Mana? Orang mana? Tetapi beberapa teman sih bilang kalau mendengar cara bicaranya mereka sudah langsung tahu kalau saya orang Batak. Oh well… padahal saya merasa sudah nggak terlalu berlogat batak loh, berbahasa Batak aja enggak bisa.

Setelah lulus kuliah dari kampus gajah, saya tidak ada keinginan untuk kembali ke Medan. Sekian lama di Bandung, saya jadi mulai terkena istilah-istilah Sunda. Dipanggil teteh itu sudah semakin biasa, walau awalnya saya selalu protes dan bilang: “Emangnya saya teh manis? Kopi boleh ga?” Bayangkan ngomongnya dengan logat Medan ya, hehehe …

Sekarang sih, saya tidak protes lagi dipanggil Teh ataupun Mamah. Karena walau bagaimanapun, pernah tinggal di Bandung itu ya menerima dong kalau dipanggil dengan panggilan khas Bandung. Saya juga masih sering kebawa kalau ngomong pakai beberapa partikel khas Bandung.

Kawah Putih di Bandung
Kawah Putih di Bandung

Apa yang menarik dari Bandung? Suhu udaranya yang dulu dingin walau katanya sekarang sih sudah tidak terlalu dingin lagi. Kabarnya sih sekarang sudah banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi di Bandung, bukan cuma Lembang saja. Tetapi saya ingat kalau dulu sih kami mengunjungi Gunung Tangkuban Perahu, Kawah Putih dan Danau Situpatenggang.

Apakah saya asal Bandung?

Sebenarnya tidak, tetapi sejak tinggal di Chiang Mai, terkadang jawaban pertanyaan dari mana di Indonesia itu ya jawabannya dari Bandung. Karena Bandung merupakan kota terakhir tempat saya tinggal sebelum ke Chiang Mai. Lagipula saya sudah tidak tahu banyak hal tentang Medan. Biasanya sih, kalau yang bertanya itu orang asing, mereka sudah akan pernah dengar kota Bandung daripada kota Medan. Kalau yang bertanya itu orang Indonesia, sebagian yang pernah saya temui itu pernah ke Bandung dan sedikit sekali yang pernah ke Medan.

16 Tahun di Chiang Mai

Tahun 2023 ini, saya sudah 16 tahun tinggal di Chiang Mai. Kalau ditanya asal mana, jawabannya sekarang ini lebih sering menyebut kata Indonesia. Kalau ditanya spesifik dari kota mana di Indonesia, jawabannya bisa berbeda tergantung siapa yang bertanya.

Akan tetapi saya jadi berpikir, anak-anak kami akan mengalami kesulitan yang lebih lagi dari saya menjawab pertanyaan asal (asli) mana. Karena, walau mereka lahir di Chiang Mai dan tinggal di sini sejak lahir, mereka tentunya bukan asli Chiang Mai. Mereka masih orang Indonesia yang tidak pernah tinggal di Indonesia.

doi suthep
Doi Suthep di Chiang Mai (sumber: Google Map)

Mungkin kalau anak saya yang menuliskan tantangan ini, mereka akan banyak bercerita tentang kota Chiang Mai sih, karena ya memang mereka sampai saat ini di kota ini saja.

Asli Mana?

Nah, setelah penjelasan panjang lebar, kira-kira menurut pembaca, saya ini asalnya asli dari daerah mana?

banner tantangan MGN 2023
Terima kasih buat mamah Alfi yang sudah kasih topik ke Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog sehingga saya jadi juga mendokumentasikan curahan hati dan kebingungan setiap kali ditanya tentang daerah asal saya.

Posted

in

,

by

Comments

8 responses to “Asalnya (Asli) Dari Mana?”

  1. dewi laily purnamasari Avatar

    Wah … teh Risna lama juga ya di Bandung.
    Anakku juga sekarang kalau ditanya orang mana? Ya bilang orang Jakarta karena Ibu dan Bapa tinggal di Jakarta dan mereka merasa mudik – pulang itu ya ke Jakarta he3 …

  2. Ilma Purnomo Avatar

    Jadi ikut bingung, Teh Risna orang mana haha. Anak-anak bisa bahasa Indonesia, kan?

  3. Sari Rochmawati Avatar
    Sari Rochmawati

    Dulu, saya kira, Medan dan Batak itu sama. Ternyata beda ya xixixi.
    Kalau dari asal usul, berarti Risna asli Batak. Itu menurut saya.
    Anak-anak terdata sebagai penduduk ChiangMai dong?
    Nah tuh, anak-anak bicara bahasa Indonesia dan Batak juga gak tuh?

  4. Shanty Dewi Arifin Avatar

    Jadi paling berkesan kota yang mana Risna?

    1. risna Avatar

      Yang paling berkesan yang sekarang ditinggali mbak hehehe

  5. Alfi Avatar

    Inget pas masa os himpunan dulu terkaget soal kopi aja boleh? Ngomongnya pake senyum sih. Tapi tetep aja: takuuuuttt. Hahahaha ???

    1. risna Avatar

      Hahahaa … Ngomongin kopi dengan logat Medan pula ya

  6. srinurillaf Avatar

    Kalau mendengarkan Mamah Risna ngomong pas MGNgariung tuh, gak terdengar logat Batak-nya. More like Jakartans ehehe, Jakselian tepatnya ihihiiy.
    Menurutku, dari kisah Risna, Risna brati asal (dan atau) aslinya Medan punya ehehe. Aaaa pengen banget ke Medan, waktu itu pernah mampir Medan tapi bener-bener cuma beberapa jam saja, padahal penasaran sama kulinernya. Semoga suatu saat ada kesempatan untuk berkunjung ke sana dengan proper.

Leave a Reply