Isi tulisan ini
Beberapa hari lalu, saya menonton film No More Bets di Netflix yang menceritakan berbagai jebakan di dunia judi online yang merupakan film produksi Cina tahun 2023. Film ini merupakan karya fiksi, tetapi digambarkan seperti film dokumenter.
Sepertinya pembuat film ini melakukan riset cukup mendalam dari para korban dunia judi online tersebut. Walau negara lokasi judi online itu juga tidak disebutkan nama sebenarnya dan hanya menggunakan nama karangan saja, film ini dilarang ditayangkan di Kamboja dan mendapat kritikan dari beberapa negara di asia tenggara.
Tentang film No More Bets
Ceritanya berkisar tentang banyaknya jebakan pencari kerja dari Cina ke negeri sekitar asia tenggara yang ternyata dipaksa bekerja untuk bandar judi online.
Pekerja yang dijebak bukan hanya pekerja yang bodoh, mereka juga menjebak yang sudah punya kemampuan tinggi dalam pemrograman dan hacking seperti tokoh utama laki-laki Pan Sheng (diperankan Lay Zhang), dan juga menjebak seorang model yang sudah cukup terkenal seperti tokoh utama wanita Liang Anna (diperankan Gina Jin). Cara menjebaknya sudah tentu dengan menawarkan bayaran yang jauh lebih tinggi dari penghasilan mereka saat itu.
Namanya jebakan, sudah jelas mereka tidak tahu kalau mereka ternyata dipaksa untuk bekerja mengumpulkan uang dengan menipu banyak orang di internet melalui judi online. Di film ini digambarkan dengan jelas tipu muslihat apa saja yang dilakukan bandar judi online untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dengan cepat.
Jebakan untuk pencari kerja

Sudah sering kita dengar saat ini semakin sulit untuk mencari kerja. Ada banyak sekali jebakan penipuan untuk pencari kerja di internet. Level jebakan untuk pencari kerja untuk bandar judi online digambarkan tidak hanya online saja, tetapi juga merekrut langsung ke lokasi. Misalnya saja mereka aktif menjebak model Liang Anna sehingga kontrak iklannya dibatalkan dan dia harus membayar denda. Mereka membantu membayarkan dendanya dan menawarkan apakah mau bekerja untuk mereka di luar negeri.
Pencari kerja yang dijebak juga termasuk programmer. Bandar judi online membutuhkan orang yang bisa mrogram untuk membangun website judi mereka yang ternyata dibuat personal untuk setiap orang. Selain itu bandar judol juga mencari orang yang jago mencuri data dan menganalisis jenis iklan yang akan ditampilkan untuk menargetkan orang-orang tergiur judol.
Biasanya orang yang terjebak adalah orang yang butuh uang, dan juga ingin uang banyak (rakus). Banyak orang yang tidak berpikir jernih lagi kalau ditawarkan uang yang banyak. Setelah sampai di luar negeri tempat bandar judol berada, para pekerja yang dijebak ini tidak bisa kabur karena biasanya paspornya ditahan. Selain itu kalaupun mereka kabur, hampir seluruh penegak hukum di sekitar tempat itu digambarkan sudah dibayar oleh bandar judolnya.
Para pekerja itu beneran digaji dan boleh mengirimkan uang ke keluarganya, mereka dijanjikan bisa pulang kalau bisa memenuhi target mendapatkan uang dengan jumlah sangat banyak. Tapi kalau mereka berniat kabur, mereka akan dikejar dan dipukuli tanpa ampun. Yang jelas mereka hanya memperkaya bandar judolnya saja sih.
Untuk menghindari kecurigaan keluarga, pekerja yang dijebak tetap diberikan kesempatan mengirim kabar, bahkan dibawa berwisata ke kota untuk mengirimkan foto-foto seolah mereka baik-baik saja. Padahal kalau mereka berusaha kabur, mereka bisa disiksa dan bahkan kehilangan nyawa.
Jebakan untuk pengguna internet
Semua bentuk judi itu berbahaya, judi online lebih bahaya lagi. Banyak orang yang terjebak dan menjadi candu berjudi online karena biasanya diberikan kemenangan kecil terlebih dahulu. Namanya saja judi online, di dunia online semua bisa diatur dengan menampilkan apa yang kita ingin lihat.
Ketika melakukan chat, bisa saja seperti sedang ngobrol dengan wanita cantik padahal yang dibalik layar bisa siapa saja. Mereka melakukan social engineering dengan membuat korban judol secara psikologis akan kembali lagi dan kembali lagi dan berpikir mereka bisa menang besar dan menjadi kaya. Padahal sudah jelas kalau bandar judol tidak akan mau rugi dong.
Bandar judol mendapatkan data awal dari mana? Ya bisa dari mana saja, salah satunya dengan menyebarkan malware dan mengumpulkan informasi tentang setiap calon korbannya. Setelah mengetahui apa situs yang sering dikunjungi atau apa hobi dari setiap calon korban, dibuatkan jebakan berikut dengan menjanjikan informasi orang dalam yang pasti menang. Mulailah permainan psikologis yang membuat orang yang awalnya iseng lama-lama terjebak dan menjadi candu dengan judol tanpa menyadari kalau dia tidak akan pernah menang.
Penyebaran link ke situs judol ini bisa ada di mana-mana, bandar judol bahkan berani menawarkan membayar dengan jumlah tertentu untuk menyebarkan alamat ke situsnya. Semakin banyak pengunjung, semakin besar kemungkinan mereka mendapatkan orang yang bisa dijebak menjadi pecandu judol.
Di film No More Bets, salah satu pecandu judol seorang yang sudah lulus S2 dan suka matematika. Dia merasa yakin punya strategi untuk menang judol dan bisa menang banyak. Alih-alih menang dan jadi kaya, dia jadi candu dan menghabiskan banyak uang. Bahkan dia sampai tertipu mengirimkan uang hasil menggadaikan rumah orang tuanya dalam jumlah besar dan ternyata uangnya lenyap begitu saja dicuri oleh bandar judol.
Segala kejahatan penipuan (fraud) yang ada di internet digambarkan menjadi bagian dari kegiatan bandar judol. Untuk melakukan kejahatannya tentu saja diperlukan banyak orang bekerja untuknya, makanya dia terlebih dahulu menipu pencari kerja untuk mendapat pekerja untuk kemudian dipaksa membantu dia membuat orang kecanduan judol.
Ingatlah, tidak ada cara cepat menjadi kaya
Bagaimana terhindar dari bahaya jebakan judol? Ingatlah selalu kalau tidak ada cara cepat menjadi kaya. Semua penawaran yang too good to be true, atau menawarkan uang dalam jumlah banyak, kemungkinan besar isinya jebakan penipuan.
Dari cerita film No More Bets, terlihat jelas terjebak ketika mencari kerja atau terjebak sehingga menjadi pecandu judol diawali karena mereka berpikir bisa mendapatkan uang banyak dengan cara cepat dan mudah. Si pecandu judol berpikir dia bisa menang melawan sistem judol.
Dulu saya juga sempat kepikiran kalau yang terjebak judol itu biasanya orang yang kurang berpendidikan. Ternyata, bukan hanya penggambaran di film saja, survei tahun 2024 di Indonesia juga menyatakan kalau 70 persen orang yang terlibat judol itu adalah orang yang sudah berpendidikan. Kaget? Ya saya agak kaget awalnya ketika mendapatkan kiriman video singkat ini (yang ada versi panjangnya kalau mau tau lebih jelasnya).
Mudah-mudahan saja pembaca tulisan ini maupun penonton film No More Bets ini adalah orang-orang yang tidak mudah terjebak dengan penawaran cara cepat menjadi kaya yang dilakukan oleh bandar judol.
Kalau ada orang di sekitar yang jadi pecandu judol, ataupun yang pengen kerja ke luar negeri bisa berhati-hati jangan sampai terjebak jadi pekerja paksa oleh bandar judol.
Leave a Reply