Isi tulisan ini
Bulan September lalu, saya iseng menonton serial Indonesia yang jadi nomor 1 di Netflix Indonesia, judulnya Pay Later. Ada yang udah nonton juga? Ternyata serial dari Vision Plus ini sudah ada sejak bulan Maret, tetapi baru masuk ke Netflix pertengahan September 2024 dan gak pakai lama, judulnya ternyata bikin banyak orang menontonnya.
Saya juga langsung tertarik setelah melihat trailernya dan juga penasaran bagaimana seorang yang terbiasa belanja sampai berhutang dengan pay later dengan alasan untuk keperluan menjadi influencer tiba-tiba harus menjadi tukang tagih pay later. Selain itu saya penasaran juga apa dan bagaimana dia bisa melunasi hutang-hutangnya tersebut.
Katanya sih Komedi
Melihat trailer serial Pay Later memang terasa cukup lucu dan genrenya juga tertulis komedi. Jumlah episode hanya 8 dan durasinya sekitar 40 menit per episode terasa pas untuk tontonan akhir pekan.
Tetapi ternyata, menurut saya cerita serial ini ternyata tidak lucu dan lebih banyak bagian yang menyedihkan. Mungkin karena terlalu realistis ya, karena di drama ini bukan hanya orang yang suka belanja yang terlibat hutang, ada juga cerita orang lain yang terlibat hutang karena orang lain memakai nama mereka.
Cerita Pay Later
Serial ini diadaptasi dari novel berjusul Pay Later or Sooner yang pertama kali terbit tahun 2022. Berkisah tentang seorang wanita cantik bernama Tika yang punya hobi belanja karena bercita-cita menjadi influencer.
Di awal cerita, Tika bekerja di kantor yang menangani pajak sebagai pegawai honorer. Dia sangat berharap diangkat menjadi pegawai tetap supaya bisa membeli rumah untuk keluarganya dan pindah dari perkampungan tempat mereka tinggal yang banyak wanita tuna susila.
Tika memang masih tinggal dengan ayahnya yang hanya supir ojek dan ibunya yang buka usaha katering. Adiknya masih di SMA dan sering mengunjungi warnet sepertinya karena ada wanita yang dia sukai di sana, akan tetapi diceritakan setelahnya adiknya ingin menjadi atlet e-sport alias main game.
Dari sejak beberapa menit pertama, digambarkan harapan Tika menjadi pegawai tetap hilang karena ternyata teman sekantornya menusuk dari belakang dengan memberitahukan kalau dia banyak terlibat hutang dan dianggap tidak bisa dipercaya untuk diangkat menjadi pegawai tetap. Selain itu ya, dia sering ditelpon tukang tagih ke kantornya karena panggilan ke ponselnya sering tidak dia angkat.
Tidak diangkat menjadi pegawai tetap artinya juga dia harus segera mencari pekerjaan baru, karena kontrak kerjanya tidak diperpanjang lagi sebagai honorer. Salah seorang kliennya menawarkan Tika bekerja di perusahaan saudaranya yang ternyata adalah kantor yang meminjamkan uang. Tugas Tika adalah menelpon orang-orang yang sudah terlambat membayar hutang.
Ironi demi Ironi
Ironis sekali ya. Tika yang biasanya kabur-kaburan dari panggilan telepon yang mengingatkannya membayar hutang, sekarang malah jadi berada di ujung telepon satunya yang biasanya dia hindari. Tentunya dia merasa relate dengan orang-orang yang belum bisa membayar cicilan ataupun bunga hutang. Tapi ya karena itu adalah pekerjaanya, dia lakukan juga.
Bukan hanya Tika yang punya masalah dengan pinjaman berupa pay later ini. Hampir semua tokoh dalam drama ini punya masalah berhutang dengan alasan yang berbeda-beda.
Ironis ketika Tika menelpon salah satu yang terlambat membayar, dan orang itu adalah ibunya sendiri. Atau bagaimana teman-teman sekantor Tika juga punya masalah dengan hutang karena nama mereka dipakai oleh pacarnya ataupun ibunya. Kalau soal nama dipakai begitu emang apes banget ga sih rasanya.
Kenapa berhutang?
Bagian yang bikin terasa miris adalah, dalam drama ini digambarkan seolah-olah punya hutang itu hal yang wajar. Semua orang membuat alasannya masing-masing untuk membenarkan mereka berhutang. Duh duh dari semua yang berhutang dengan paylater, rata-rata mereka butuh uang bukan untuk kebutuhan makan.
Tika berhutang untuk membeli berbagai produk yang menurut dia dibutuhkan sebagai influencer. Tapi juga Tika ga punya perhitungan bagaimana dia harus mencicil kalau hutang bertambah terus. Ada lagi pacar memakai nama pacarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mewahnya makanya berhutang. Lalu ada lagi namanya dipakai ibunya untuk menyenangkan hati ibunya yang hobi sekali membeli berbagai barang sampai akhirnya dikejar-kejar tukang tagih hutang.
Ada lagi ironi yang paling ironi, karena ternyata teman Tika yang menyebabkannya tidak diangkat jadi pegawai tetap, ternyata juga punya hutang dan kebetulan Tika yang kebagian untuk menelpon orang tersebut. Tika bisa balas dendam dong? Eh ternyata Tika justru karena relate dengan kondisi hutang piutang, dia malah membantu memberikan masa tenggang untuk temannya melunasi hutang tersebut.
Bagaimana melepaskan diri dari hutang?
Salah satu hal yang membuat saya bertahan menonton serial ini karena masih ada bagian bahwa Tika dan beberapa tokoh digambarkan memang berupaya melunasi hutang mereka.
Berhenti menambah hutang
Tika juga berupaya mengubah kebiasaanya yang suka melihat barang baru dan impulse buying kalau ada yang dirasakan bagus dengan teknik berhitung dulu sambil mempertanyakan apakah dia benar-benar membutuhkannya.
Dengan cara ini, dia berhasil tidak menambah hutang dan fokus dengan berapa yang harus dikeluarkan untuk membayar cicilan setiap bulannya.
Fokus membayar cicilan hutang
Setelah pelan-pelan berhasil tidak menambah hutang dengan kartu kreditnya, Tika juga mulai fokus untuk membayar cicilan hutangnya. Bukan hanya dari penghasilan bulanan, tapi dia juga berusaha untuk mencari uang dengan membuat beberapa konten dengan anak dari bosnya di kantor.
Giat mencari tambahan penghasilan
Selain berusaha membayar cicilan hutang, Tika juga berusaha menambah penghasilannya dengan menjual barang-barang yang sebelumnya dia beli dengan pay later dan sudah kebanyakan lalu menumpuk di lemarinya.
Sedikit demi sedikit, Tika berhasil menjual barang-barangnya dan bisa menutup bukan hanya cicilan tapi juga pokok hutangnya.
Happy Ending tapi…
Spoiler alert!
Setelah 7 episode ditunjukkan ironi kehidupan dan kesedihan keluarga Tika, akhirnya di episode ke-8 penonton diberi akhir yang bahagia. Tentu saja akhir bahagianya ada lompatan waktu, karena tidak mungkin dong bisa melunasi hutang sekedip mata.
Kebetulan diceritakan akhirnya Tika mulai jadi influencer dan mendapatkan uang lebih banyak sehingga dia bisa melunasi hutangnya setelah beberapa bulan. Selain itu dia juga mulai mengumpulkan uang untuk mewujudkan niatnya dari awal membeli rumah untuk keluarganya.
Ada bagian yang saya kurang suka dari serial ini. Saya nggak begitu suka Tika berhasilnya jadi influencer. Padahal digambarkan Tika ini bukan cuma cantik, tapi ya dia bisa bekerja di kantor pembayaran pajak berarti dia cukup bisalah bekerja yang bukan cuma jadi tukang tagih hutang via telpon doang.
Saya juga sedikit khawatir, kalau Tika digambarkan sukses bayar hutang setelah sukses jadi influencer, saya khawatir kebanyakan orang akan bercita-cita jadi influencer dan tidak mau lagi menekuni bidang ilmu yang lain selain jadi influencer.
Rekomendasi
Walaupun endingnya sudah saya spoiler di sini, saya merekomendasikan kalau mau paham kenapa orang-orang berhutang dan gampang banget pay later tapi berat ketika harus benar-benar bayar kemudian, bolehlah ditonton serial ini.
Pesan yang bisa diambil dari serial ini kira-kira: hutang harus dibayar, dan jangan sembarangan berhutang. Pikir dulu berkali-kali sebelum akhirnya memutuskan untuk berhutang.
Oh ya hampir lupa, serial ini dibintangi oleh Amanda Manopo sebagai Tika dan untuk pemeran lainnya cek di IMDB saja ya.
Leave a Reply