Isi tulisan ini
Dari dulu, saya selalu ingin lebih rajin membaca buku. Tahun 2022 lalu saya cukup berhasil membaca lebih banyak buku dibanding tahun-tahun sebelumnya. Catatan membaca buku di tahun 2022 ada banyak di blog ini atau bisa baca e-book nya kalau mau terkumpul di satu tempat.
Di antara sedikit buku yang sudah saya baca, saya lebih suka membaca buku non-fiksi daripada fiksi. Eh tetapi, di tahun 2022 saya berhasil juga menikmati dan mendengarkan banyak buku fiksi berbahasa Indonesia.
Buku non-fiksi yang saya baca ada beragam. Mulai dari buku pengembangan diri, buku tentang relationship, buku rohani, buku cerita yang berupa pengalaman orang lain dan buku yang berisi kumpulan fakta. Kalau buku fiksi yang berpengaruh sih rasanya malahan buku anak-anak.
Isi Tergambar di Judul
Saya suka membaca buku self-help yang isinya kebanyakan teori dan butuh komitmen tinggi untuk bisa mengikutinya. Biasanya isi bukunya sudah tergambar di judulnya, tetapi saya tetap saya tertarik untuk membaca sampai habis.
Walaupun demikian, belakangan saya menyadari daya tarik buku self-help itu buat saya. Memang buku-buku itu banyak teori, tetapi setidaknya saya yakin metode yang dituliskan itu sudah diterapkan dan dilakukan oleh penulisnya. Walaupun mungkin mereka juga jatuh bangun dalam berusaha meneruskan kebiasaan baik yang mereka bagikan dalam buku self-help tersebut.
Ada masanya saya merasa dihakimi oleh buku-buku self-help. Perasaan ini tentu saja karena saya tahu apa yang dibagikan itu baik dan saya pun ingin melakukannya, tetapi kemalasan saya membuat saya mengeraskan hati dan menganggap buku tersebut omong kosong belaka.
Saat ini, saya juga sedang dilanda kemalasan hebat. Makanya nih berat banget sebenarnya buat mengerjakan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari tentang buku bacaan yang berpengaruh. Apalagi sebenarnya buku yang terasa berpengaruh itu ya buku yang seharusnya mengajak lebih produktif dan bukannya malas-malasan.
Tiga Buku Austin Kleon



Sekarang saya sadar, kalau buku tersebut tidak salah tetapi saya yang kurang bijaksana dan mencari-cari alasan. Beberapa buku yang saya senang membacanya sebagian dan atau beberapa bab berulang seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya adalah buku Austin Kleon yang berjudul Mencuri Seperti Seniman, Show Your Work dan Keep Going.
Tiga buku Austin Kleon ini seperti mengutip semua hal yang ingin saya kutip dari buku-buku lainnya. Setiap kali rasa malas melanda, saya sering melihat sekadar daftar isi dari buku ini dan mengingatkan diri terutama untuk keep going alias terus berkarya. Pokoknya ketika malas melanda, jangan banyak alasan untuk kembali dan just do it!
Inti dari 3 buku Austin Kleon menurut saya adalah:
- Buku Mencuri Seperti Seniman intinya adalah: Berkarya dengan modal ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Eh ini bukan mesin ATM keluar duit ya, tetapi ya kita mencuri ide dari banyak orang, tiru apa yang menurut kita baik dan modifikasi supaya jangan menjiplak mentah-mentah.
- Buku Show Your Work intinya adalah: Kalau sudah jadi karyanya dipamerkan biar orang jadi aware dengan karya kita. Nggak usah malu kalaupun hasilnya masih seperti amatir, karena semua orang mulai dari amatir sebelum jadi profesional. Kalau karyanya terus menerus disembunyikan, ya sampai kapanpun orang tidak tahu karya tersebut.
- Buku Keep Going intinya adalah: Sudah punya karya, sudah dilihat orang, jangan berhenti begitu saja, tetapi teruslah berkarya. Eh tetapi kalau mau istirahat dulu juga boleh, asal jangan kelamaan.
Mungkin akan ada yang merasa cukup baca tulisan ini sudah tahu isi buku Austin Kleon. Padahal kalau kamu membaca sendiri, pasti jadi tau lebih rinci bagaimana melakukan apa yang disebutkan oleh judul.
People Can’t Drive You Crazy If You Don’t Give Them the Keys

Buku People Can’t Drive You Crazy If You Don’t Give Them the Keys ini saya baca karena judulnya. Setiap kali saya merasa emosi dengan kelakuan orang-orang yang menurut saya tidak masuk akal, saya akan mengingat judul buku ini. Buku ini mungkin kurang populer ya, saya juga dapat gratis di Kindle, penulisnya Mike Bechtle. Kemungkinan belum pernah dengar ya.
Eh jangan salah, saya baca kok buku ini secara keseluruhan, dan prinsip-prinsipnya sebenarnya sudah beberapa saya terapkan. Memang adakalanya sih tetap saja kesulut emosi, tetapi ya kalau sampai kesulut berarti salah saya sendiri, hehehe. Contoh yang paling nyata saya praktikkan adalah: kita tidak bisa mengendalikan orang lain, tapi kita bisa mengendalikan respon kita terhadap suatu keadaan
The Courage to Be Disliked

Nah kalau buku yang ini pasti sudah banyak yang baca. Buku yang judulnya di bahasa Indonesia menjadi Berani Tidak Disukai ini juga intinya sudah banyak yang saya lakukan sebelum membacanya. Tetapi menarik sekali ketika dibaca dalam uraian bahwa semuanya kembali ke hubungan interpersonal.
Judul tentang berani tidak disukai sendiri bermakna: kalau ada yang tidak suka dengan kita, itu hak mereka dan kita tidak perlu repot-repot mengubah diri supaya memenuhi kemauan orang lain. Jadi diri sendiri aja deh!
Eh tetapi buku ini tidak mengajak untuk cuek kayak bebek terhadap orang lain, justru di buku ini juga ada dibahas tentang berkontribusi dalam komunitas. Buku ini termasuk yang membuat saya termotivasi untuk tetap mengambil bagian dalam komunitas walau itu sifatnya volunteer.
Buku Cerita Klasik



Untuk buku fiksi, saya masih lebih terinspirasi dengan buku cerita klasik yang umumnya dituliskan untuk anak-anak. Buku-buku ini walau fiksi tetapi berhasil membuat saya merenungkan hal tentang hidup:
Saya tidak akan menuliskan detil tentang pelajaran dari buku klasiknya, karena semua sudah saya tuliskan di blog. Saya hanya menyayangkan ketika membaca berita bahwa buku-buku Roald Dahl akan mengalami beberapa perubahan pemilihan kata untuk cetakan edisi terbarunya. Konon katanya disesuaikan dengan jaman. Karena katanya penggunaan kata gendut itu terlalu menyerang, belum lagi beberapa tokoh dijadikan gender netral.
Saya tidak tahu apakah buku Alice in Wonderland atau Wonderful Wizard of Oz yang saya baca juga akan mengalami perubahan pemilihan kata, berasa aneh kalau buku fiksi yang sudah menjadi bacaan klasik tiba-tiba dianggap bahasanya menyinggung. Padahal kalau memang tidak suka dengan gaya bahasa, ya jangan dibaca!
Eh jadi kemana-mana. Begitulah, buat saya sih membaca buku itu butuh niat. Jadi kalau memilih buku untuk dibaca, pasti banyak pertimbangan. Dari sedikit buku yang berhasil dibaca sampai selesai, semoga buku yang saya tuliskan ini bisa menjadi rekomendasi bacaan buat pengunjung blog ini.

Leave a Reply