Pollyanna

Novel Pollyanna oleh Eleanor H. Porter

Berhubung novel Damar Hill sudah selesai, maka hari ke-7 dari kegiatan #maksakeunmaca alias memaksakan diri membaca diisi dengan judul baru.Dari sekian banyak buku yang sudah dibeli tapi belum dibaca, akhirnya saya memutuskan buku berjudul Pollyanna karya Eleanor H. Porter.

Kalau buku Damar Hill kemarin bisa baca di buku fisik ataupun di aplikasi gramedia digital, kali ini buku Pollyanna hanya ada versi fisiknya saja.

Tentang Novel Pollyanna

Buku Pollyanna yang saya baca merupakan buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rini Nurul Badariah dan diterbitkan oleh Orange Books. Buku yang berjumlah 312 halaman ini merupakan cetakan pertama bulan Mei 2010. Memang buku ini sudah lama juga sih saya beli, saya membelinya dari Indonesia karena buku ini merupakan buku klasik dan saya sudah menonton film yang diadaptasi dari buku ini.

Ada 2 film adaptasi dari novel Pollyanna ini, versi tahun 1960 dan versi tahun 2003. Saya tidak ingat lagi saya menonton versi yang mana. Saya mencari di beberapa layanan streaming yang saya ikuti, tapi tidak menemukannya lagi.

Novel Pollyanna ini diklaim sebagai salah satu novel anak yang paling populer sepanjang masa. Selain diadaptasi menjadi film, buku ini juga sudah dipentaskan dipanggung broadway di Amerika.

Buku asli Pollyanna pertama kali terbit di tahun 1913 dan menjadi novel paling tersohor dari penulisnya, Eleanor H.Porter. Jadi, cerita di dalam buku ini pastinya terjadi di masa di mana belum ada media sosial seperti sekarang.

Saya suka membaca buku klasik, karena selain ceritanya yang masih. menarik walau sudah ditulis sebelum saya lahir, biasanya ada banyak inspirasi dan pelajaran yang bisa diambil di dalamnya. Pastilah ada sesuatu maka buku itu bisa tetap dicari orang untuk dibaca.

Kesan dari Bab 1 Pollyanna

Bab 1 berjudul Miss Polly. Awalnya saya pikir, judulnya ini nama singkat atau nama panggilan dari Pollyanna. Ternyata bukan. Miss Polly adalah bibi dari Pollyanna yang akan menerima dia di rumahnya.

Tokoh Miss Polly ini digambarkan sebagai wanita yang berusia 40 tahun, berasal dari keluarga kaya, akan tetapi kelakuannya kurang menyenangkan. Akan tetapi Miss Polly ini merasa dirinya cukup baik hati. Dia bersedia menerima keponakannya yang sudah kehilangan ayah dan ibunya.

Pemberitahuan untuk Miss Polly menerima Pollyanna diberikan melalui surat. Dikisahkan saudara perempuan Miss Polly yang bernama Jeannie menikah tanpa mendapat restu dari keluarga dengan seorang pendeta yang miskin. Pada saat itu MIss Polly baru berumur 15 tahun. Dalam kurun waktu 25 tahun, semua keluarga Miss Polly sudah meninggal. Dia menempati rumah keluarganya seorang diri dan belum menikah.

Miss Polly meminta pembantunya, Nancy, untuk menyiapkan kamar kecil di ujung tangga loteng yang biasanya dijadikan gudang untuk menjadi kamar Pollyanna. Dia merasa tindakannya ini sudah menunjukkan dia bertanggung jawab. Padahal rumahnya besar dan ada banyak kamar yang lebih layak untuk ditempati oleh Pollyanna.

What’s Next?

Membaca bagian tentang kakaknya Miss Polly yang menikah dengan pemuda miskin daripada pilihan keluarga yang kaya raya tapi sudah berumur lalu akhirnya jadi renggang hubungannya dengan keluarganya membuat saya jadi terpikir, masalah seperti ini bukan saja masalah jaman dulu kala. Sampai sekarang cerita orang kaya menjodohkan anaknya dengan orang kaya lainnya masih saja terjadi. Dan kalau kemudian mereka menentang pilihan keluarga, ya mereka akhirnya tidak akan menerima bagian lagi dari harta kekayaan yang ada.

Sampai kapanpun sepertinya akan selalu ada masalah seperti ini. Walaupun katanya pernikahan itu adalah urusan 2 orang yang mengikat janji, tapi memang keluarga besar selalu merasa punya suara untuk berkata ya dan tidak. Eits, tapi cerita ini bukan tentang ayah dan ibu Pollyanna, melainkan tentang Pollyanna, seorang anak perempuan berusia 11 tahun yang kehilangan orang tuanya dan akan tinggal dengan tantenya yang kaya raya tapi sepertinya agak kurang menyenangkan sifatnya.

Walaupun saya sudah menonton film yang diadaptasi dari novel Pollyanna ini, akan tetapi saya sudah lupa sebagian besar dari kisahnya. Saya hanya ingat kalau Pollyanna digambarkan sebagai anak yang riang gembira dan melihat segala sesuatu dengan positif.

Setelah buku ini terkenal, kata Pollyanna digunakan untuk ungkapan terhadap orang yang sangat optimis dan periang, penggunaan kata ini tentu saja ada hubungannya dengan karakter Pollyanna dalam buku ini.

Mudah-mudahan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia tetap bisa dinikmati. Nantikan kelanjutan dari kegiatan #maksakeunmaca ini ya! Oh ya, kalau ada yang sudah membaca buku ini baik itu dalam bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia, silahkan tinggalkan komentar dari kesan tentang buku Pollyanna ini.


Posted

in

by

Comments

4 responses to “Novel Pollyanna oleh Eleanor H. Porter”

  1. Irene Cynthia Avatar

    Kubelum pernah dengar nama pollyana ini padahal dulu pas kecil suka baca.

    Miss polly 40 tahun.. pas anak2 kalau kita baca gitu mikirnya udah tua bgt ya. Padahal skrg kita anggap itu muda ?

  2. Zaleha Hasyim Avatar

    Sepertinya asyik ya bukunya. Sama mba aku juga kadang suka baca buku klasik, terutama yang genrenya anak-anak.

    1. risna Avatar

      Iya mbak, tapi ini karena terjemahan, kadang ada rasa aneh juga kalau terjemahannya kaku. Lagi mikir, apakah sebaiknya nyari versi aslinya yang berbahasa Inggris aja, hehee…

  3. […] reviewnya saja karena sudah selesai membaca buku Pollyanna karya Eleanor H. Porter. Saya membaca beberapa bab pertama dalam bentuk buku fisik dan berbahasa Indonesia, tapi setelah bab ke-10, saya mencari versi bahasa Inggrisnya […]

Leave a Reply to risnaCancel reply