Isi tulisan ini
Topik Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei 2025 ini sungguh menantang, karena diminta beropini yang tidak populer dan saya punya banyak opini berbeda dengan pendapat kebanyakan orang lain.
Opini itu pendapat yang sifatnya subjektif. Tidak ada yang mengharuskan semua orang setuju dengan sebuah opini. Walaupun ada istilah sepakat untuk tidak sepakat, tetap saja sebuah opini bisa menimbulkan perdebatan karena ketidaksepakatan.
Tulisan kali ini saya tidak sedang mengajak berdebat, hanya menyatakan pendapat pribadi yang menyatakan ketidaksepakatan saya terhadap pendapat tentang jalan-jalan dan healing.
Dari banyaknya opini yang tidak populer yang saya punya, saya tidak sepakat dengan pendapat kebanyakan orang jaman sekarang yang mengatakan butuh jalan-jalan untuk healing.
Mungkin akan ada yang berpendapat sama dengan saya dengan alasan yang berbeda, mungkin juga banyak yang tidak setuju dengan saya. Kalau mau tau kenapa saya bilang jalan-jalan itu bukan untuk healing, silakan baca sampai habis ya.
Jalan-jalan itu melelahkan
Sebagai perantau, kami mengusahakan mengunjungi Indonesia setidaknya sekali setahun. Usaha melepas rindu bertemu keluarga terutama orang tua dan sekalian mengurus berbagai hal yang perlu diurus. Setiap perjalanan yang kami lakukan pasti karena ada tujuan tertentu, tetapi healing bukan menjadi salah satu tujuan.
Perjalanan liburan yang kebanyakan orang anggap sebagai kegiatan healing ataupun relaks itu tidak berlaku buat saya, karena kalau mau relaks saya lebih memilih di rumah saja. Di rumah saya sudah punya rutin dan sistem yang jelas dan bisa berjalan tanpa ekstra waktu untuk memikirkan ini dan itu. Sedangkan untuk melakukan perjalanan, saya harus mengeluarkan usaha lebih.
Usaha yang dilakukan sebelum perjalanan itu dimulai dari perencanaan, melakukan perjalanan itu sendiri dengan segala hal yang berbeda dari rutin, dan akhirnya sampai kembali ke rumah.
Setiap kali sehabis melakukan perjalanan, saya tidak merasa rileks dan malahan perasaan lelah menjalani liburan.
Beberapa hal yang bisa bikin lelah itu misalnya saja:
- drama transportasi yang sudah dipesan lalu ada perubahan,
- akomodasi yang dipilih tidak memberikan respon saat menjelang keberangkatan dan akhirnya harus mencari lagi,
- menghabiskan waktu berselancar untuk menentukan rute perjalanan dan memilih lokasi yang untuk dikunjungi,
- merencanakan menu makan selama perjalanan,
- memastikan semua selalu punya pakaian bersih setiap hari kalau pergi lebih dari seminggu.
Bonus yang kurang menyenangkan juga setiap kali pulang dari perjalanan adalah, kondisi badan tidak fit. Biasanya badan jadi tidak fit karena sepanjang perjalanan bertemu banyak orang dan berpindah-pindah, sudah pasti rentan terekspos berbagai hal termasuk penyakit. Jadwal rutin yang berubah dan juga makanan yang berbeda juga terkadang berkontribusi terhadap kondisi tidak fit.
Perjalanan itu punya tujuan lain selain healing
Walaupun jalan-jalan itu melelahkan, tapi tetap saja harus dilakukan. Setiap perjalanan yang kami lakukan itu ada tujuannya, walaupun healing bukan salah satunya.
Tujuan perjalanan kami biasanya bertemu dengan keluarga, sekalian juga mengurus berbagai urusan yang perlu diurus ketika pulang ke tanah air. Berbagai urusan ini termasuk misalnya saja ketika ada pekerjaan yang harus dikerjakan Joe di Indonesia.
Alasan lain tentunya memberikan kesempatan untuk anak-anak melihat berbagai hal yang berbeda dari di rumah. Mengajarkan kepada anak-anak tentang perbedaan waktu dan berbagai hal yang tidak selalu sama dengan kondisi di rumah.
Perjalanan dilakukan untuk membuka wawasan dan memberikan pengalaman kepada kami (selain untuk anak-anak), dan tentunya belajar untuk beradaptasi dengan berbagai hal yang tidak senyaman di rumah.
Walaupun melelahkan, bukan berarti kami tidak menikmati dan mengambil pelajaran dari setiap perjalanan yang kami lakukan. Rugi dong kalau ga menikmati perjalanan setelah berlelah-lelah.
Setiap hal yang pernah saya alami saat perencanaan perjalanan, membuat saya lebih mengantisipasi dan mengurangi kemungkinan mengalami masalah yang sama. Setiap pengalaman dalam perjalanan menjadi guru yang terbaik untuk perjalanan berikutnya.
Home Sweet Home
Setiap kali pulang dari perjalanan, rasanya saya semakin menyukai keberadaan di rumah. Ungkapan home sweet home terasa seribu kali lebih manis. Bagaimana tidak, di rumah saya sudah punya rutin yang mempermudah hidup dan juga sistem pendukungnya.
Banyak hal di rumah bisa berjalan tanpa saya harus mengomandokan apapun lagi. Anak-anak juga sudah bisa dilibatkan untuk berbagai tanggung jawab di rumah.
Untuk memilih makanan juga sudah jelas tempat mencari dan menu pilihannya. Pakaian sudah ada jadwal mencuci dan yang membantu mengerjakannya. Saya tidak perlu khawatir ada yang kehabisan pakaian bersih karena belum kembali ke lemari.
Untuk perjalanan di kota tempat tinggal juga lebih mudah karena lebih paham dengan jalur ke tempat tujuan dan bisa membawa kendaraan sendiri. Tidak perlu menunggu lama, dan pastinya tidak ada mobil angkutan yang berbau rokok seperti yang sering kami temui ketika mengunjungi Indonesia bulan April 2025 yang lalu.
Yang pasti, saya lebih bisa merasa santai ketika ada di rumah. Saya bisa merasa lebih santai dengan rutinitas yang ada, jalan pagi dan sore keliling komplek rumah daripada melakukan perjalanan di tempat yang baru dan kemungkinan nyasarnya lebih besar.
Adakah yang seperti saya tidak merasa santai ketika jalan-jalan, atau memang butuh jalan-jalan untuk bisa merasa lebih santai?

Leave a Reply