Isi tulisan ini
Biasanya, kita harus berpikir panjang untuk mengerti sebuah peribahasa, tapi peribahasa satu ini maknanya cukup jelas, tentang pengalaman hidup. Semakin lama kita hidup, semakin banyak pengalaman dirasakan.
Tulisan kali ini, saya ingin bercerita tentang sebuah perjalanan yang berkesan dalam hidup saya dan ternyata belum ada tulisan tentang perjalanan itu selain tulisan sekilas di tahun 2005 di blog saya dan suami.
Mari Kilas Balik ke Tahun 2005
Perjalanan itu sebenarnya bukan perjalanan rahasia, tapi ga sengaja jadi seperti rahasia. Sebagai orang yang jarang melakukan hal secara impulsif, perjalanan ini termasuk perjalanan impulsif. Masa itu, saya sudah lulus s1, masih kuliah s2, punya duit sendiri dan nggak minta dari orang tua lagi, tapi ya nggak banyak.
Salah satu alasan perjalanannya tidak diceritakan kala itu adalah untuk menghindari komentar miring. Walaupun dari dulu saya sudah berusaha tidak pusing apa kata orang, tetap saja kalau komentarnya sampai di telinga, rasanya ya nggak enak juga. Jadi, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti komentar miring, saya tidak pernah menuliskannya.
Udah penasaran ya, ini cerita kok jadi misterius ya, hehehe. Jadi ceritanya waktu itu saya belum pernah ke luar negeri, terus diajakin Joe menghadiri pernikahan seorang sahabatnya di Singapura.
Joe itu nggak punya teman banyak, sahabatnya juga lebih nggak punya teman lagi, hehehe. Walaupun sama-sama satu jurusan, tapi sebenarnya saya nggak terlalu kenal dengan sahabat Joe ini.
Untungnya paspor udah punya sih, walaupun dulu niatnya bikin paspor buat nyari beasiswa sekolah ke luar negeri. Tapi kan saat itu, toh sedang s2 di Bandung. Jadi, saya mikir: kapan lagi nih paspor dapat stempel kalau nggak sekarang?
Cek harga tiket, ternyata masih terjangkau. Lalu saya mencari teman yang bisa ditumpangi biar nggak harus bayar penginapan dan ternyata ada teman saya (yang sudah berkeluarga) di sana yang bersedia menerima kami menginap di rumahnya. Jadilah perjalanan super dadakan itu terlaksana dengan biaya irit.
Keberuntungan sedang berpihak, serasa dapat diskon airport tax karena berangkatnya dari Bandung ternyata lebih murah daripada berangkat dari Jakarta. Kebayang kalau berangkatnya dari Jakarta, ongkosnya harus nambah lagi, ya nambah tiket transportasi Bandung – Jakarta dan airport tax yang mahal.
Bukan tempatnya, tapi dengan siapa dan bertemu siapanya
Perjalanan pertama ke luar negeri pasti berkesan. Waktu itu saya merasa terkesan dengan transportasi kota Singapur, walaupun harus berjalan banyak. Apalagi gara-garanya, ke sana itu kan buat menghadiri pernikahan, tapi saya nggak mau packing banyak barang. Jadi cuma bermodal 1 tas backpack kecil yang biasanya diisi laptop saja dan sepatu yang dipakai ya sepatu yang akan dipakai ketika datang ke acara pernikahan.
Dari dulu memang saya nggak punya banyak sepatu, tapi ada kategori sepatu ke gereja, atau sepatu buat olahraga ke Sabuga. Namanya mau menghadiri pernikahan, nggak mungkin pakai sepatu yang dipakai ke Sabuga kan! Jadi, hasilnya tentu saja kaki lecet karena mendadak dipakai berjalan banyak dalam sehari. Tapi kalau namanya jalan-jalan tapi nggak pergi melihat-lihat, kok ya rasanya rugi kan.
Walaupun sudah lama berlalu, dan butuh membongkar berbagai arsip untuk menemukan foto perjalanan yang waktu itu menggunakan ponsel nokia 3650 dengan resolusi seadanya, tapi saya masih banyak ingat berbagai hal dan orang yang ditemui dalam perjalanan itu.
Saya ingat, bagaimana saya kagum dengan acara pernikahan sederhana. Acara pemberkatan di gereja dan kemudian dilanjutkan dengan resepsi sederhana. Saya juga menyaksikan sedikit adat Cina, seperti bawa seserahan gitu dari ibu mempelai pria ke mempelai wanita. Semuanya dilakukan oleh keluarga langsung dari keluarga pria dan wanita saja, nggak pakai acara ramai-ramai seperti orang Batak, wkwkwkkw…
Berbeda dengan acara pernikahan yang biasanya ramai, kami itu datang mulai dari rumah mempelai, ikut ke gereja dan kemudian mengikuti resepsi sampai selesai. Setelah itu besoknya kami masih dijamu makan oleh keluarga temannya Joe. Rasanya kagok, karena makannya di restoran meja bundar dengan jenis makanan yang pada saat itu saya belum tahu cara makannya, hahaha, aduh saya memang orang kampung nih.
Selain menyelesaikan misi utama ke pernikahan, kami juga jalan-jalan keluar masuk mall di Singapur (ini sih terutama karena mengandalkan MRT yang kadang-kadang ada interchangenya di mall jadi sekalian belok). Saya nggak belanja sih, cuma liat-liat saja, dan ya literally jalan-jalan.
Jadi, misi utama ke sana memang menghadiri pernikahan sahabat Joe. Tapi, karena di sana teman-teman saya juga sudah ada beberapa, mereka dengan baik hati mengajak kami jalan-jalan sampai ke pulau Sentosa (terimakasih ya teman-temanku!)
Dituliskan supaya diingat lebih lama
Perjalanan selama 3 hari 2 malam ini memang sangat singkat. Tapi untuk sebuah perjalanan dadakan, sungguh membawa banyak kesan. Terkesan dengan bersihnya kota Singapur, terkesan dengan teman-teman yang menjamu kami dengan baik. Tentunya juga berkesan karena akhirnya punya stempel di paspor.
Tapi kesimpulannya tetap sama, sebuah perjalanan akan berkesan bukan saja karena tempat yang dikunjungi, tapi juga oleh karena orang-orang yang kita temui.
Perjalanan yang dari dulu belum dituliskan akhirnya dituliskan juga supaya bisa diingat lebih lama, dan ini semua karena Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog yang mengajak menuliskan pengalaman travel yang berkesan.
Leave a Reply