Isi tulisan ini
Bulan Juni lalu, saya mendengarkan buku ini tak sengaja di Storytel. Saya belum pernah mendengar nama penulisya Mashuri, dan memulai buku ini tanpa ekspektasi.
Bukunya cukup menarik, tetapi ternyata saya lupa belum menuliskan reviewnya di blog ini.
Sekilas Cerita Destination Jakarta 2040
Cerita yang diterbitkan di tahun 2021 dengan tebal 268 halaman ini di mulai dengan mengambil waktu di tahun 2015. Seorang pemuda bernama Raden Ilyas yang telah menyelesaikan perkuliahannya di jurusan Kosmologi di Columbia University dengan nilai sangat memuaskan. Waktunya untuk pulang menemui keluarga dan kekasih hatinya di tanah air.
Di luar dugaan Ilyas, pesawat mengalami turbulensi dan ketika mendarat, mereka berada di Jakarta tahun 2040 (sesuai judul buku ini).
Cerita berpindah mengambil setting waktu tahun 2040 . Apa yang terjadi sehingga mereka hilang selama 25 tahun? Apakah Ilyas akan bertemu lagi dengan keluarganya dan terutama kekasih hatinya? Apakah mereka bisa kembali ke masa yang seharusya?
Yang menarik dari buku ini
Buat saya pribadi, ada masanya saya tidak suka dengan cerita perjalanan waktu. Akan tetapi saya mulai menerima bagaimana imajinasi penulis cerita tentang alasan perjalanan itu terjadi dan apa yang mereka perjuangkan setelah terlempar dari garis waktu yang seharusya.
Buku Destination Jakarta 2040 ini alur ceritanya berkisar di seputar bagaimana tokoh utamanya berusaha memecahkan misteri kenapa pesawat mereka nyasar dari garis waktu utama, dan apakah mereka punya kesempatan untuk kembali ke garis waktu sebenarnya.
Lupakan logika ketika membaca buku ini. Bersiaplah dengan berbagai teori yang terdengar wow dan seolah masuk akal. Tentang bagaimana mereka akan menciptakan alat yang akan membawa semua penumpang yang nyasar dari garis waktunya untuk kembali.
Sekilas, membaca buku ini mengingatkan saya pada serial Manifest. Bagaimana para penumpang yang sempat menghilang lama dan dianggap sudah meninggal oleh keluarganya harus menghadapi reaksi keluarga yang harus menyesuaikan lagi dengan kenyataan kalau mereka masih hidup. Kalau yang ditinggal sudah bertambah usia, yang turun dari pesawat hilang ini sama sekali tidak bertambah usianya.
Demikian juga dengan sang tokoh utama Ilyas, yang mendapati kalau ibuya sudah tiada karena suatu penyakit, lalu adiknya yang sudah dulu masih bocah ingusan sekarang sudah menikah. Tidak ketinggalan, kekasihnya yang dulu ingin sekali ditemui sudah berbeda.
Di luar dugaan, kekasihnya ternyata menjadi ilmuwan juga dan mereka bekerjasama untuk mencari cara mengembalikan pesawat tersebut ke masa lalu.
Kisah cintanya? Duh, walaupun hitungannya mereka sudah sama-sama manusia dewasa, tapi ya untungnya nggak digambarkan cerita ala drama Korea di sana.
Hal yang membuat saya bertahan mendengarkan buku ini adalah, penggunaan bahasa yang walaupun berusaha menjelaskan hal yang rumit, penulis tetap mencoba membuat pendengar mengerti. Somehow saya berharap sih untuk generasi muda yang membaca buku ini bisa menumbuhkan minat mereka akan ilmu Fisika. Jangan tanya saya apakah teori yang disebutkan dalam buku ini benar atau tidak ya.
Bagaimana dengan ending ceritanya? Apakah mereka berhasil menciptakan alat untuk mengembalikan semua seperti semula? Lalu kalau memang kembali apakah mereka akan mengubah masa lalu?
Nah bagian ini mending dibaca sendiri. Seperti semua cerita perjalanan waktu, menurut saya tidak ada cara menyelesaikan cerita yang memuaskan semua orang. Seperti saya sebutkan sebelumnya, semuanya ini kembali ke imajinasi penulis dan bagaimana pembaca bisa menerimanya atau tidak.
Rekomendasi
Untuk yang mencari bacaan yang agak berbeda, cerita ini masih oke untuk dibaca. Sesungguhnya masih banyak hal yang memang belum bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan. Atau mungkin kalaupun sudah bisa dijelaskan, jangan-jangan kita yang belum mampu memahaminya.
Saya percaya ilmu pengetahuan, akan tetapi menurut saya perjalanan waktu itu hanya mungkin dilakukan untuk perjalanan waktu ke depan satu detik demi satu detik, dan tidak bisa kembali ke belakang dan sifatnya tidak bisa dikembalikan lagi.
Saya tidak percaya multiverse ataupun branching timeline seperti di serial televisi Flash. Tetapi saya tetap suka dengan usaha para penulis cerita untuk membawa imajinasi tentang hal-hal yang menurut saya tidak mungkin terjadi ini menjadi cerita yang diselipi pesan kehidupan.
Seperti halnya semua cerita perjalanan waktu, ketika kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa orang-orang yang kita kasihi itu bisa jadi sudah tiada ataupun sudah berbeda apa dan bagaimana reson kita terhadap situasi tersebut. Atau jika seseorang yang kita kasihi yang sudah tiada, tiba-tiba bisa kita temui lagi, apakah ada sesuatu yang berbeda yang akan kita lakukan? Atau adakah sesuatu yang akan kita sampaikan tanpa ditunda?
Eh kok jadi ngelantur. Langsung saja deh cari bukunya kalau memang tertarik membaca.
Leave a Reply