Tahukah kamu, telepon umum koin di Thailand masih ada. Di mall, telepon umum koin begini masih berjajar cukup banyak. Berbeda dengan telepon umum koin di Indonesia, telepon umum koin di sini bisa digunakan untuk menelpon ke ponsel juga. Eh tapi sepertinya dulu saya menggunakan telepon umum pada saat ponsel belum terlalu banyak yang menggunakan, jadi wajar saja telepon umum tidak digunakan menelpon ke ponsel.
Cerita telepon umum koin kali ini bukan sekedar mau cerita tentang telepon koin di Thailand, tetapi sebagai bagian Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini, saya ingin cerita telepon umum koin sebagai hal yang berkesan di masa sekolah dulu.
Sebenarnya ada banyak sekali hal yang berkesan di masa sekolah. Ya iya, sekolah bukan cuma setahun atau dua, jadi pasti ada banyak yang diingat. Setelah memilah dan memilih, dan teringat dengan film Twentieth Century Girl, saya jadi ingat satu kejadian tentang telepon umum koin di masa SMA.
Pura-pura salah sambung
Ceritanya saya punya 2 sahabat di masa SD yang kemudian persahabatan berlanjut ke SMP dan SMA yang sama. Walaupun satu sekolah, kami tidak selalu sekelas. Nah, di masa SMA, saya satu kelas dengan salah satu sahabat saya dan sahabat satu lagi mengenalkan satu teman sekelasnya dan kami jadi 4 sahabat. Sahabat yang baru ini bercerita kalau dia menyukai cowok dari kelas yang berbeda lagi dari kami.
Namanya anak SMA, satu orang yang suka, yang lain solider berusaha membantu usaha temannya ini. Sebenarnya, akan lebih mudah kalau sok kenal sok dekat aja ya. Karena toh kami ber-6 sering naik angkutan umum yang sama. Tetapi teman saya ini bilangnya nggak berani ngajak ngobrol kalau pas ketemu, walau sebenarnya dia pingin sekali buat ngobrol dengan cowok itu. Jadilah kami berusaha untuk mendapatkan nomor telepon cowok yang disukai itu. Setidaknya kalau lewat telepon kan beda dengan ngobrol langsung (begitulah pola pikir anak SMA).
Singkat cerita kami mendapatkan nomor telepon si cowok yang disukai teman kami ini. Tepatnya sih karena sahabat si cowok suka dengan sahabat yang sekelas saya, maka tidak sulitlah ya mendapatkan nomor teleponnya.
Setelah mendapatkan nomor telepon, setiap kali ketemu telepon umum koin di luar jam sekolah, teman saya itu akan menelpon cowok pujaannya. Saya pikir nih, teman saya sudah lebih berani untuk ngobrol dengan si cowok, ternyata belakangan dia cerita kalau dia menelpon ke rumah cowok itu selalu pura-pura salah sambung. Lucunya, kalau teleponnya yang angkat bukan cowok itu, dia selalu langsung menutup itu telepon. Hadeeeeh, saya kehabisan kata-kata deh mendengar ceritanya.
Kalau ini cerita drama Korea, mungkin pada akhirnya mereka akan bertemu lagi lalu bahagia selamanya. Sayangnya, ini bukan drama Korea, jadi ya percuma saja berharap hepi ending. Masih untung endingnya nggak kayak Twentieth Century Girl ya.
Tetapi tetap saja, gara-gara sahabat saya itu selalu berhenti ketika melihat telepon umum, sedikit banyak saya juga jadi selalu ingat dengan kebiasaannya itu. Sayangnya saat itu nggak ada yang pingin saya telepon hihihi.
Beda dulu dan Sekarang
Masa belum ada teknologi ponsel seperti sekarang ini, telepon umum koin pasti sudah berasa berjasa untuk menelpon teman ataupun orang yang disuka. Tetapi teknologi telepon koin di Indonesia sepertinya sudah tidak ada lagi. Sepertinya alasan utamanya ya karena telepon koin tidak bisa menelpon ke ponsel, dan kebanyakan orang malah tidak ada telepon rumah lagi. Jadi percuma saja kalaupun ada telepon umum koin di Indonesia tidak akan terpakai juga.
Kalau Mamah, punya pengalaman apa yang berkesan terkait telepon umum? Mungkin pernah kirim pesan ke pager pacar, atau malah buat nelepon pacar?
Leave a Reply