coverblog

4 Alasan Tidak Menonton Squid Game

Kalau biasanya saya menuliskan rekomendasi film atau drama untuk ditonton, kali ini saya menuliskan alasan untuk tidak menonton drama Squid Game. Saya menulis ini karena seringkali teman saya berpikir saya pasti menonton drama yang sangat populer ini. Waktu saya bilang saya tidak menontonnya, saya bisa merasakan ada hawa penuh tanda tanya kok drama populer malah tidak ditonton, katanya penonton drakor?

Memang saya hobi nonton Kdrama, tapi sudah beberapa waktu belakangan ini, saya lebih selektif dalam memilih tontonan. Bukan hanya drama Korea, tapi semua tontonan yang super menegangkan, berdarah-darah ataupun penuh rencana pembalasan dendam atau kejahatan manusia, saya memilih tidak menontonnya walau sepopuler apapun tontonan tersebut. Saya juga berhenti menonton serial Mr. Queen yang juga populer beberapa waktu lalu.

Mungkin akan ada yang bilang: ya udah ga nonton aja pakai ditulis segala. Nah kan tadi sudah saya sebutkan kalau saya menulis ini untuk menjawab pertanyaan kenapa saya tidak menonton drama yang super populer ini. Konon kabarnya anak-anak kecil mulai dari usia 7 tahun saja ramai membicarakannya dan mulai meniru-niru permainannya, padahal rating drama ini untuk 18+.

Ada beberapa alasan kenapa saya memilih untuk tidak menonton Squid Game. Alasan ini bukan berarti saya melarang siapapun orang dewasa yang mau nonton drama ini. Kalau  kamu suka banget dengan cerita drama ini, ya silakan saja menotonnya. Tapi mudah-mudahan nontonnya jangan mengajak anak-anak di bawah 18 tahun ya.

Cukup tahu ceritanya dari berbagai tulisan di mana-mana

squid game scene
Salah satu scene dari Squid Game ((Photo courtesy of YOUNGKYU PARK)

Sebelum drama ini ditayangkan, saya sudah tau deskipsi drama ini ketika menuliskan drama-drama yang akan tayang di bulan Oktober. Deskripsi drama ini cukup jelas bagaimana permainan akan menyertakan sekian banyak orang dan pemenangnya hanya akan ada 1 saja. Jadi teringat dengan serial Highlander juga, yang memenggal kepala semua lawannya, karena hanya boleh ada 1 pada akhirnya. 

Dari sekian banyak tulisan yang saya baca, dari deskripsi cerita bagaimana permainan anak-anak dijadikan ajang taruhan nyawa dan dari bagaimana manusia punya insting bertahan dengan segala cara gara-gara masalah finansial, saya tahu kalau drama ini kurang lebih ceritanya akan sama dengan semua yang sudah saya tonton. 

Cukup dengan membacanya, saya sudah bisa tahu ada berapa permainan di dalamnya. Kadang-kadang ada juga beberapa artikel yang cukup detail menceritakan kejadiannya. Bahkan, sampai pada siapa penyelenggara permainan taruhan nyawa ini saya sudah tahu. Jadi buat apa saya menontonnya? 

Kalau semata-mata untuk topik obrolan, hayuk mari ngobrol tentang drama yang lain saja. Atau kita ngobrolin film serial sejenis produksi Hollywood yang sudah saya tonton saja ya. Kita bisa mengupas tuntas apa perbedaan atau persamaannya, tanpa saya harus menonton drama Squid Game ini.

Cerita survival yang menyangkut mengeliminasi orang lain

Saya sudah pernah membaca buku Hunger Games (3 buku dalam seri nya) dan juga menonton semua film yang diadaptasi dari buku. Film Jepang Battle Royale  yang temanya kurang lebih sama juga sudah pernah saya tonton. Cerita sejenis di film SAW juga saya ada tonton beberapa. 

Idenya semua sama: insting manusia untuk bertahan hidup dengan apapun caranya, termasuk mengorbankan siapapun yang ada bersama Anda saat itu. Di bunuh atau membunuh, bagaimana kawan sejenak pada akhirnya harus menjadi lawan. Intinya kita harus mengeliminasi orang lain, supaya tidak dieliminasi.

Masih ada banyak ide cerita untuk bertahan hidup yang masih saya tonton. Misalnya saja bekerja sama untuk menyelesaikan masalah bersama melawan alien seperti The Tomorrow War. Tapi mungkin ide cerita survival seperti itu tidak menarik lagi. Drama ini sukses karena semua orang pasti bisa relate dengan keadaan yang digambarkan dalam drama ini.

Memakai permainan anak-anak padahal bukan untuk anak-anak

Permainan anak-anak dalam drama ini katanya sih gampang untuk dimengerti dan ditiru. Beberapa artikel di situs berita di Thailand membuat peringatan dari polisi untuk penonton drama ini tidak meniru-niru permainannya karena berbahaya. Beberapa artikel lain juga meningatkan para orang tua untuk tidak mengijinkan anak di bawah umur menonton drama ini walaupun semua teman-temannya sudah menontonnya.

Melarang anak menonton ini agak sulit kalau misalnya kita sendiri menontonnya. Tapi di sini, karena kami juga tidak menontonnya, anak-anak tidak berusaha mencari tahu ataupun penasaran dengan drama Squid Game ini.

Takut ikut jahat

Mungkin akan ada yang menyangkal dan bilang: ah ini kan cerita fiksi, atau ah ini kan tontonan, ga semudah itulah ikut jahat. Tapi justru sekarang ini saya sering merasa manusia memang bisa melakukan apa saja demi dirinya sendiri (dengan alasan yang dicari-cari saja bisa kok). Dan pengaruh jahat itu lebih gampang diserap daripada pengaruh baik.

Saya sudah pernah merasakan menonton serial di mana tokoh utamanya melakukan kejahatan. Seharusnya, apapun alasan dia melakukan kejahatan, apapun yang dia lakukan itu salah dan jahat. Tapi, saya malah jadi khawatir kalau kejahatannya terbongkar dan dia ketahuan jahat.

Begitulah pintarnya para penulis cerita fiksi mempengaruhi pikiran pembaca/ penontonnya dan membuat kita jadi tawar menawar dengan apa yang disebut baik dan buruk.

Memilih yang indah saja untuk hiburan

Dari apa yang saya baca, dalam drama ini ditunjukkan kalau kita punya pilihan untuk ikut atau tidak ikut. Tapi, namanya kalau sudah penasaran, manusia itu susah berhenti.

Ada yang sudah tau konsekuensi, sudah bisa memilih untuk berhenti bermain, eh malah ikut lagi dengan permainanya. Sama saja dengan memilih tontonan, saya memilih tidak menonton drama ini karena saya sudah tau ceritanya seperti apa dan tidak baik untuk saya.

Alkitab berkata supaya kita memikirkan yang baik-baik saja daripada memikirkan hal-hal yang jahat. Jadi ya, ini salah satu alasan kenapa semua tontonan saya juga milih tontonan dan hiburan yang manis-manis  saja sekarang ini.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Filipi 4:8 TB

Hidup ini sudah ada banyak hal-hal yang tidak bisa dikendalikan dan mungkin bikin over thinking, jadi untuk hal yang bisa dikendalikan seperti memilih tontonan dan bacaan, tentu saja saya memilih yang indah-indah.


Posted

in

,

by

Comments

3 responses to “4 Alasan Tidak Menonton Squid Game”

  1. Shanty Dewi Arifin Avatar

    Kupikir daya tariknya adalah settingnya yang menarik. Itu director artistiknya bisa banget menciptakan set-set yang memorable. Sama yang bikin salut adalah membuat cerita klasik dalam kemasan yang berbeda.

    Ini tu ngingetin sama film Joker. Nggak banget secara moral. Tapi ternyata bikin nyangkut di hati. Bikin mikirnya lebih dalam. Tipe film yang bisa diulas panjang banget karena setiap orang bisa nangkep pesannya beda-beda bergantung background masing-masing.

    1. risna Avatar

      Tadi udah balas, balasanku ilang hahaha. Aku ga nonton Joker karena alasan yang sama mbak, memang pasti menarik dan bagus sih, tidak diragukan lagi, tapi ya itu malah bikin tambah takut menontonnya. Pintar lah para pembuat film ini, tapi tetap harus diwaspadai aja sih jangan sampai yg belum umur menontonnya apalagi meniru-niru.

  2. […] baik dan bagus untuk kita. Bahan bacaan yang saya maksud di sini bukan hanya buku. Hal ini juga kenapa saya tidak menonton Squid Game, karena saya rasa tontonan itu tidak baik bagi […]

Leave a Reply