Isi tulisan ini
Tahukah kamu, kalau dari kumpulan tulisan di blog yang memiliki tema yang sama, kita bisa dengan mudah membuat e-book menggunakan Google Docs?
Hari Senin, 24 Juni 2024 yang lalu, Mamah Gajah Ngeblog meluncurkan e-book ke-3 dengan judul Landmark Kota yang Pernah/Ingin Dikunjungi. Proyek pembuatan e-book dari hasil tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog ini sudah dimulai sejak tahun 2023 dengan e-book pertama. Tahun 2024, baru berjalan setengah tahun tetapi sudah menghasilkan 2 e-book. Produktif? Yes, tentu saja.
Teorinya sih, semua kumpulan tulisan hasil tantangan blogging bisa dijadikan e-book. Kenapa saya sebut teori? Ya karena membuatnya gampang sekali, praktiknya yang nggak selalu semudah itu. Harus ada proses memindahkan tulisan dari berbagai blog untuk dipindahkan ke satu tempat. Lagipula, bisa jadi tidak semua blogger suka tulisannya dikumpulkan jadi e-book di tempat lain selain blognya sendiri.
Saya pertama sekali belajar bikin e-book itu ketika KLIP mengadakan program skripsi yang mengumpulkan tulisan sepanjang tahun dengan jumlah kata tidak boleh kurang dari 19000 kata. Tentunya tidak bisa menulis sebanyak itu dalam sekali duduk. Jadinya harus mengumpulkan tuilsan sepanjang tahun yang ada keterkaitannya.
Dari pengalaman membuat e-book untuk skripsi KLIP saya sudah pernah menuliskan cara membuat e-book dengan Ms Word menjadi flipbook. Berdasarkan pengalaman membuat skripsi KLIP, pembuatan e-book MGN pertama juga diselesaikan dengan Ms Word.
Membuat E-book Pakai Google Docs
Untuk e-book MGN ke-2 dan ke-3 dikerjakan dengan Google Docs. Alasannya? Karena bukan saya yang mengerjakannya, tetapi Mamah Gajah lain yang juga anggota KLIP, Alfi. Setelah 2 kali bikin skripsi KLIP menggunakan Google Docs, teman saya tersebut bereksperimen menggunakan Google Docs untuk bikin e-book MGN.
Alasan lainnya adalah kemudahan untuk membagikan file contoh, kolaborasi untuk mengedit secara keseluruhan dan juga keperluan proof reading bersama setelah semua melihat bentuknya dalam buku. Dengan Google Docs semua penulis bisa diberi akses untuk memberikan komentar di tulisan yang dirasa perlu diubah tanpa mengubah dokumen aslinya,tanpa perlu dikirim berupa attachment.
Dari proses pembuatan e-book ke-2 dan ke-3 yang juga berdasarkan pengalaman dari penyusunan e-book pertama, saya dan beberapa mamah Admin MGN belajar berbagai hal yang perlu dicatat untuk mempermudah pembuatan e-book.
Langkahnya mirip dengan di Ms Word, akan tetapi tentunya ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Tulisan ini tidak akan terlalu teknis dan hasil eksplorasi dan bertanya bareng Alfi. Saya yakin kalau sudah terbiasa menggunakan word ataupun Google Docs pasti mengerti membaca langkah yang diperlukan untuk membuat e-book.
Sebelum Mengumpulkan Tulisan
Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengumpulkan tulisan adalah ada membuat file template yang akan menjadi contoh dengan setidaknya 2 bab dan sudah diatur hal-hal berikut:
- Template untuk ukuran kertas A5 dan marginnya lengkap dengan pengaturan page break dan section break termasuk tempat untuk sampul depan, belakang, daftar isi dan daftar lainnya.
- Pengaturan semua style font dan ukuran dari semua heading, paragraf, bullets, ukuran spasi, termasuk perataan tengah, kiri kanan atau kiri saja untuk body teks.
- Perhatikan secara khusus halaman judul setiap bab, yang menggunakan gambar utama atau tidak.
- Pengaturan ukuran gambar baik yang letaknya landscape ataupun potrait, termasuk ukuran dan jenis font dan spasi untuk captionnya.
- Tanda akhir dari sebuah bab.
Mungkin akan ada yang bertanya-tanya, kenapa harus ukuran kertas A5? Apakah boleh menggunakan ukuran kertas lain? Ya jawabannya boleh saja menggunakan ukuran kertas lain, tetapi pemilihan ukuran A5 ini karena umumnya buku cetak itu ukurannya sekitar ukuran A5 (kalau novel malah lebih kecil dari A5).
Alasan pemilihan ukuran A5 karena sekarang ini kebanyakan orang membaca di ponsel. Dokumen e-book bentuknya pdf yang ukuran fontnya tidak bisa diubah, maka untuk kemudahan membacanya kita bikin ukurannya nyaman dibaca.
Kalau buku ingin dicetak di kertas lebih besar, atau ditampilkan di layar lebar, sah-sah saja mengubah ukuran kertasnya. Tetapi, kalau memang untuk dibaca di ponsel, jangan lupa ubah ukuran kertas menjadi setidaknya A5.
Intinya semua urusan tata letak terutama pemilihan ukuran font dan spasi ditujukan untuk kenyamanan mata pembaca. Karena kita membuat e-book dengan harapan dibaca, tentunya kita perlu memikirkan bagaimana membuat pembaca merasa nyaman untuk meneruskan membaca.
Kalau template sudah jadi, kita bisa mulai memindahkan tulisan dari blog ke google dokumen. Untuk pembuatan e-book MGN, karena ada banyak penulisnya, setiap penulis diminta untuk memindahkan tulisan masing-masing ke dalam template dan mengikuti semua aturan tata letak yang sudah diberikan sambil diminta untuk memeriksa apaka masih ada typo untuk ejaan atau masalah EYD.
Memindahkan tulisan dari blog ke Google Docs
Kalau tulisan berasal dari blog yang sama, mungkin stylenya umumnya sudah sama. Untuk e-book Mamah Gajah Ngeblog, tulisan berasal dari berbagai penulis dengan style blog masing-masing. Ketika proses salin tempel kemungkinan akan ada beberapa hal yang perlu dirapihkan kembali.
Salinlah satu artikel blog menjadi satu bab buku. Di mulai dari halaman judul bab dan di setiap akhir bab akhiri dengan page break untuk memulai halaman baru.
Sesuaikan style yang disalin tersebut mengikuti style dari template yang sudah ditentukan di awal. Jika ada gambar yang ukurannya lebih besar dari ukuran yang disarankan, sebaiknya diubah mengikuti ukuran yang disarankan.
Jangan lupa untuk memeriksa kembali apakah ada kata-kata yang typo atau untuk penggunaan huruf kapital dan italic,
Kalau mau memudahkan, setiap menyalin satu bab, kita perlu memastikan semua sudah sesuai dengan aturan template dan self editing. Untuk di MGN, setiap penulis diminta untuk memindahkan tulisan mengikuti template dan mengirimkan hasilnya untuk difinalisasi termasuk pengeditan menyeluruh.
Kenapa kita perlu memakai pagebreak untuk diakhir bab? Tentunya supaya ketika kita melakukan pengeditan di bab sebelumnya, semua yang ada di bab tersebut dan berikutnya tidak jadi kacau tata letaknya dan kita bisa hanya memeriksa bab tersebut saja.
Perubahan memiringkan sebuah kata saja terkadang bisa menggeser banyak hal, makanya kita perlu memisahkan tiap bab untuk tidak saling menggeser.
Melengkapi buku
Setelah selesai menyalin keseluruhan blog post menjadi bab buku, kita bisa menggenerate daftar isi, menambahkan sampul depan dan belakang dan membuat daftar lain yang diinginkan.
Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah style dari daftar isi. Ada judul yang sangat panjang dan memakan beberapa baris, ada yang namanya paragraf break, sehingga judulnya tetap dianggap satu kesatuan di daftar isi.
Di Google Document kita juga bisa membuat daftar secara manual dan masih memberi tautan ke halaman yang dituju. Caranya sama seperti kita menambahkan tautan di blog.
Dengan cara semi manual, e-book MGN ke-3 bisa menambahkan indeks kota yang disebutkan dalam berbagai bab buku.
Pemeriksaan akhir
Sampai di sini semua yang ingin dituliskan sudah masuk ke dalam dokumen, mulai dari sampul depan sampai sampul belakang. Untuk memastikan semua sudah seperti harapan kita bisa melakukan pengecekan akhir sekaligus memeriksa siapa tahu ada typo dan kesalahan EYD yang terlewat.
Kita bisa meminta bantuan teman yang lain untuk melihat dokumen kita, dan karena kita bekerja di Google Docs, kita bisa membagikan link saja tanpa harus mengirimkan file dengan ukuran besar.
Buat E-Book PDF sebelum jadi Flipbook
Kalau semua sudah terlihat baik-baik saja, kita tinggal mengubah dokumen Google Docs menjadi PDF. Kalau sudah bentuk PDF, kita bisa membagikan e-book berbentuk pdf langsung atau menempelkannya di blog menjadi flip book.
Salah satu kekurangan yang ditemukan dari pembuatan pdf dari Google Docs adalah ukuran file pdf yang sangat besar dibandingkan e-book yang dihasilkan oleh Ms Word. Hal ini sepertinya baru terjadi belakangan ini. File pdf e-book ke-2 dan ke-3 MGN ukurannya jadi jauh lebih besar dari e-book pertama. Mudah-mudahan saja hal ini diperbaiki oleh Google di kemudian hari.
Semua bisa bikin e-book
Gimana, mudahkan? Asalkan sudah ada templatenya, selanjutnya masalah kerajinan menyalin dan pemeriksaan layout dan ejaan saja. Setelah mencoba membuat beberapa e-book, kesulitan terbesar tentu saja di bagian editing, karena ketika membaca sesuatu berulang-ulang, ada banyak hal yang sudah tak terlihat kesalahannya. Makanya kita perlu mencari teman lain untuk melihat hasil kerja kita.
Nah, kalau sudah tau caranya, tulisan di blog yang sama temanya bisa dibuat jadi e-book. Atau kalau mau bikin e-book di akhir tahun, bisa membuat garis besar dari topik yang ingin dituliskan, kemudian menuliskan satu bab demi satu bab sebagai tulisan di blog dan difinalisasi di akhir tahun.
Jadi kamu mau bikin e-book apa nih tahun ini dari tulisan di blog kamu?
Leave a Reply