Isi tulisan ini
Mungkin ada yang sudah menantikan tulisan saya kelanjutan dari workshop VOILA Sesi ke-2 yang diselenggarakan oleh In-Docs dan Komunitas Ibu Profesional khususnya Liga Film Keluarga.
Seharusnya saat ini saya mengerjakan tugas dari pertemuan minggu ke-2 yang tenggat waktunya besok. Tapi sebelumnya, saya ingin menuliskan beberapa hal dulu di sini tentang materi sesi ke-2 yang bikin saya merasakan tiba-tiba lagi ambil kuliah perfilman 1 semester.
Materi Membaca Film Sesi ke-2
Saya tahu, namanya belajar, pemahaman itu tidak serta merta otomatis didapatkan sekali belajar langsung pintar. Tapi materi workshop yang awalnya saya pikir sebatas melihat film sebagai tawaran gagasan dengan bungkus audio dan visual serta dapat merespon film secara kritis dan personal ini ternyata memberikan tugas di mana saya harus memahami istilah yang digunakan untuk membedah film shot demi shot.
Dalam sesi ke-2 ini, peserta diminta mempraktikkan membaca film dengan menuliskan konten, konsep dan konteks dari sebuah film pendek. Filmnya benar-benar pendek, tidak sampai 10 menit. Tapi, jangan pikir tugasnya sesederhana merespon seperti penjelasan yang ada di akhir sesi pertama.
Melihat Konten, konsep dan konteks film ini nantinya akan menjadi dasar untuk merespon film. Materi merespon film materi sesi ke-3 yang merupakan sesi terakhir.
Dari akhir sesi pertama diberikan penjelasan sedikit kalau merespon itu berupa opini, argumen dan melihat fokus dari film tersebut.
Beberapa Istilah Perfilman
Saya akan menuliskan sedikit di sini tentang istilah yang digunakan. Siapa tahu kalau saya tulis di sini, saya jadi lebih paham lagi. Beberapa istilah sudah sering saya dengar, beberapa istilah sepertinya sering saya pakai dengan kurang tepat.
- Frame: Sebuah gambar yang tidak berjalan (foto)
- Shot: Sebuah gambar berjalan (video), biasanya mulai dari tombol merekam on sampai off.
- Cut: Pergantian shot
- Scene: Kumpulan shot yang dijadikan satu dengan cut selama 1 latar tempat.
- Act: Kumpulan scene dalam 1 pembabakan tertentu.
- Plot: Kumpulan act sebagai jalan cerita film.
Selama ini, saya sudah tahu apa itu frame dan cut. Akan tetapi saya jadi tahu kalau saya ternyata tidak pernah menggunakan kata shot dan lebih sering melihatnya sebagai sebuah scene.
Sampai sekarang saya masih belum terlalu mengerti pembabakan dan act. Kalau plot saya mengertinya istilah plot maju atau mundur saja.
Oke, sebelum ikut bingung, mari kita melanjutkan materi berikutnya untuk bisa membaca film.
Metode membaca film dengan konten, konteks dan konsep
Metode membaca ini menurut saya sih dibutuhkan kalau kita mau bikin kajian ilmiah film. Bagian ini membuat saya merasa lokakarya kali ini bukan sekedar untuk penikmat film seperti saya, tapi mungkin bisa berguna sekali kalau mau jadi pembuat film (penulis naskah ataupun sutradara).
Saya akan coba tuliskan menurut bahasa saya sendiri ya.
Konten
Membahas Konten itu adalah melihat shot per shot dan mencermati apa adegan, visual dan audio dari setiap shot tersebut untuk menyimpulkan plot dan style.
Bagian membahas konten ini masih ada penjelasan lebih detail lagi tentang hal apa yang diamati dalam adegan, visual, audio, plot dan style.
Konten adegan yang perlu diamati mulai dari peristiwa, kegiatan, gesture, urutan, latar tempat dan waktu.
Lalu konten visual (kamera dan editing) berupa komposisi benda yang terlihat termasuk sudut pengambilan, warna gelap terang dan kontras yang ada, gerakan kamera, durasi dan apa saja yang tampak dan absen dari kamera.
Sedangkan konten audio membahas apakah ada suara dalam film yang sumbernya terlihat (diegetic) atau suara dalam film yang sumbernya tidak terlihat (non-diegetic). Lalu kapan momen suara tersebut muncul, apakah sinkron dengan gambar atau tidak dan bagaimana volumenya. Apabila ada banyak suara, mana yang lebih keras terdengar.
Setelah membahas 3 hal tersebut, kita bisa menyimpulkan konten berupa:
- Plot dan karakter, yaitu bagaimana film bergulir, peristiwa apa saja yang terjadi, ada siapa saja tokohnya dan apa yang dilakukan, bagaimana sifat masing-masing tokoh.
- style, berupa kamera dan suara mengikuti apa atau siapa?
Ketika menulis review film, biasanya saya langsung lompat nih ke kesimpulan konten, tanpa melalui tahapan membahas shot demi shot.
Konsep
Lalu setelah memiliki informasi konten, kita mencermati pola konten untuk mendapatkan konsep. Apakah ada pola (berulang atau berubah) dan dimana penekanannya. Setelah melihat hal tersebut barulah kita menyimpulkan tema/isu/topik, intensi dan keberpihakan dari film ini.
Menentukan konsep ini juga ada fokus pada konten mana yang menjadi kunci, bisa jadi karena itu paling berkesan, paling banyak atau paling berbeda. Lalu kita menginterpretasi dari plot dan sudut pandang penonton diposisikan dari mata apa. Pembuat film berpihak pada siapa.
Lalu apakah intensinya mendukung, melawan, memotret atau refleksi dengan cara memeriksa plot dari siapa yang diuntungkan dalam cerita dan bagaimana style untuk dramatisasi dan penekanannya.
Konteks
Selanjutnya dari konsep yang sudah disimpulkan, kita bisa membandingkan dengan pengalaman dan nilai pribadi, atau membandingkan dengan film ataupun non film lainnya untuk menentukan respon kita terhadap konteks dari film.
Konteks dari film biasanya juga akan tergantung dari selera, kebutuhan, pengalaman dan kebiasaan menonton personal terhadap film dan bagaimana pengetahuan, nilai dan bias terhadap hal-hal yang ditawarkan dalam film. Termasuk juga bagaimana situasi politik, budaya, sosial dan norma, adat, hukum dan trend yang ada.
Kalau saya tidak salah mengerti, bisa jadi konteksnya itu seperti ketika saya memutuskan tidak meneruskan menonton drakor Mr. Queen, karena beberapa hal yang tidak sesuai dengan nilai yang saya miliki.
Banyak ya materinya. Mungkin membaca begitu saja mengerti, tapi ketika harus mengerjakan mengupas tuntas shot demi shot itu saya tertegun dan membuka catatan saya kembali tentang membaca film yang dibagikan di sesi pertama.
Membaca film di Sesi Pertama
Di akhir sesi pertama, mas Obe menjelaskan contoh membaca film seperti berikut:
Kita diajak untuk…
- Mendeskripsikan film dengan ringkas,
- Mengemukakan interpretasi,
- Mengekspresikan kesan,
- membangun sikap,
melalui pertanyaan berikut:
- Apa saja yang terjadi, terlihat (visual) dan terdengar (audio) di filmnya?
- Apa yang ditawarkan film? Apa gagasan yang Anda tangkap?
- Bagaimana perasaanya setelah menonton?
- Mana yang paling bikin berkesan?
- Apa hal yang baru disadari sekarang? Bagaimana posisi Anda.
Materi membaca film yang disampaikan di sesi pertama ini katanya tidak cukup. Kalau mau membaca yang benar, ada hal-hal yang perlu dikupas tuntas, seperti lapisan bawang yang harus dikuliti selapis demi selapis, dan gak boleh langsung main iris pakai pisau.
Kenapa perlu melihat konten, konsep dan konteks dalam membaca film?
Metode membaca film di sesi ke-2 ini membuat saya sakit kepala hahaha… mungkin karena tiba-tiba ada banyak istilah baru dalam waktu singkat, otak saya memberontak mencari jawaban: WHY? Sampai sekarang saya tidak mengerjakan tugas karena saya masih tidak menemukan alasan untuk mengkaji film dengan metode konten, konsep dan konteks ini.
Mengutip penjelasan mbak Amelia Hapsari di WhatsApp Grup untuk menanggapi peserta yang mabok dengan istilah teknis pefilman seperti saya:
Ketika membahas film secara ‘benar’ (dalam artian bukan asal apa yang kita rasakan saja), pada akhirnya harus dikembalikan pada konsep, konten, dan konteks. Memang setiap kajian pada akhirnya adalah susunan argumen (yang tetap bisa dibantah), tetapi dengan menganalisa konsep (penawaran dari filmmaker), konten (yg terlihat dan terdengar / bahasa film yang digunakan), dan konteks seperti yang dipresentasikan Obe hari ini, setiap argumen menjadi punya dasar yang kuat.
Kuat bukan berarti tidak bisa dibantah, tetapi berdasar. Jangankan analisa film, studi ilmiah saja bisa diperdebatkan, tetapi perdebatannya bukan debat kusir, melainkan debat berdasarkan metode yang digunakan, atau berdasarkan hipotesa masalah, atau berdasarkan hal-hal yang diterima oleh kalangan ilmiah.
Menurut mas Obe, membaca film seperti di sesi ke-2 itu adalah dengan melihat utuh dari pengertian atas elemen-elemen satuan konten untuk melihat pola berulang dan mendapatkan konsep untuk menafsir konteks yang ditawarkan oleh pembuat film.
Penutup
Jadi, apa kabar tugas saya? Saya akan tuliskan di posting terpisah ya. Dengan berbagai alasan, saya memutuskan untuk tidak membuat tugas yang menguliti lapisan bawang selapis demi selapis. Tapi, saya merasa dengan materi di sesi ke-2 ini, saya punya modal untuk belajar jadi pembuat film suatu hari nanti (mimpi dulu).
Kira-kira pembaca lebih suka materi membaca film di sesi pertama atau sesi ke-2? Atau punya pengalaman lain dalam hal membaca film? Yuk tuliskan di komentar.
Leave a Reply