Isi tulisan ini
Manusia adalah makhluk sosial. Perempuan adalah makhluk sosial banget. Terlepas dari karakternya introver ataupun ekstrover, perempuan butuh komunitas dan dibutuhkan oleh banyak komunitas. Dalam pengalaman berkomunitas dengan sesama perempuan, saya mengambil kesimpulan kalau komunitas itu bisa membuat perempuan menemukan potensi diri, tapi terkadang bisa juga membuat perasaan sensitif mengambang ke permukaan.
Dari sedikit pengalaman berkomunitas dengan sesama perempuan, saya menemukan berbagai tantangan dan inspirasi yang merupakan plus minus berkomunitas bagi perempuan.
Menuliskan topik Tantangan Bloging Mamah Gajah Ngeblog dengan topik Perempuan: Tantangan dan Inspirasi merupakan salah satu contoh tantangan dari komunitas buat saya. Sesungguhnya saya ingin menyerah, karena tulisan ini isinya subjektif, tapi semoga bisa jadi catatan untuk perbaikan buat saya sendiri.
Perempuan Dalam Komunitas
Komunitas perempuan ini bukan hal yang baru. Dulu sifatnya bisa berupa kumpulan ibu arisan dalam komplek rumah yang sama, atau kumpulan Dharma wanita dari tempat kerja (atau tempat pasangan bekerja). Saya tidak pernah ikut komunitas perempuan yang sifatnya luring. Pengalaman saya berkomunitas hanya ada melalui komunitas daring.
Bertemu teman seperjalanan
Awal pertama ketika bergabung dalam komunitas perempuan, saya hanya menjadi peserta yang duduk diam di pojokan dan mengamati obrolan yang ada. Saya tidak ingin terlibat apapun sampai kemudian saya mulai merasa nyaman dan merasa menemukan teman seperjalanan.
Di dalam komunitas daring, biasanya akan ada orang yang selalu berusaha menghidupkan obrolan. Ada juga yang selalu menimpali hampir setiap komentar yang ada. Biasanya obrolan makin terasa menyambung ketika ada yang mengeluarkan curahan hati dan yang lain berusaha memberi solusi dari curahan hati tersebut.
Mungkin karena interaksi daring, ada banyak yang berani membuka diri. Semakin banyak yang mengeluarkan curhat, semakin cepat kedekatan tercipta. Kemungkinan karena ada perasaan senasib dan paham apa yang dialami yang lain.
Komunitas daring yang saya ikuti itu bukan sekedar isinya perempuan, akan tetapi merupakan komunitas menulis. Melalui membaca tulisan yang dibagikan, saya jadi semakin merasa mengenali sebagian besar anggota komunitas tersebut.
Belajar bersama
Saya akan berasa betah di sebuah komunitas, ketika saya merasa mendapat manfaat di dalamnya. Sejauh ini, semua komunitas daring yang saya ikuti membuat saya bertemu dengan banyak orang yang menginspirasi dan membuat saya mempelajari hal-hal baru. Contoh paling nyata, kalau dulu saya mengeblog tanpa aturan dan bahkan sering melupakan pembagian paragraf dalam tulisan, sekarang saya mulai berusaha mengikuti kaidah menulis di blog dan bukan sekedar curcol semata.
Kalau dulu saya nggak mau ambil pusing dengan menulis sesuai KBBI, sekarang saya mulai sedikit demi sedikit memperhatikan walau belum rajin untuk selalu memeriksa tulisan.
Banyak juga hal baru selain menulis yang saya pelajari sejak ikut berkomunitas, selain mengelola beberapa blog, saya belajar membuat desain di Canva, editing audio menggunakan audacity untuk podcast, editing video mengunakan Kinemaster atau CapCut, bahkan saya belajar untuk bisa menjadi operator tayangan livestreaming di Streamyard dan Zoom. Saya menemukan banyak potensi tersembunyi dalam diri, sejak tergabung dalam komunitas perempuan daring.
Ambil peran
Awalnya memang saya hanya diam-diam mengamati, tanpa disadari setelah belajar berbagai hal baru saya mulai mengambil peran di dalam komunitas. Dulu saya bukan orang yang suka mengajukan diri melakukan sesuatu di komunitas, akan tetapi setelah merasakan manfaat sebuah komunitas, saya ingin komunitas itu tetap ada dan saya pun jadi terlibat aktif di komunitas.
Kalau sudah nyaman di suatu tempat, saya yang tadinya diam-diam saja bertransformasi dan kadang-kadang menjadi yang paling berisik, hehehe. Mungkin sedikit yang percaya kalau saya mengaku introver.
Keberisikan saya awalnya karena bagian dari peran membuat interaksi aktif dalam komunitas daring, tetapi namanya sudah nyaman, berisik itu jadi reflek. Saya dengan senang hati juga mengajak teman-teman yang saya kenal untuk bergabung ke komunitas yang saya ikuti. Semakin banyak teman dalam irisan yang sama, semakin lupa kalau saya aslinya introver, hehehe.
Tantangan Dari Diri Perempuan

Tantangan jadi perempuan bukan hanya datang dari luar dan bukan saja dari kegiatan komunitas, akan tetapi banyak juga dari diri sendiri ketika harus mengambil keputusan. Dalam setiap komunitas ada tujuan, visi dan misi dan kegiatan yang berbeda-beda.
Menyelesaikan tugas dalam komunitas
Biasanya di masing-masing komunitas akan ada orang yang diam-diam saja seperti saya di awal, ada juga yang selalu ingin maju mengambil peran dan jabatan dalam komunitas.
Awal saya menerima peran dalam komunitas itu karena diminta untuk menghidupkan grup baca, padahal saya bukan orang yang sangat rajin membaca. Peran ini lama-lama membuat saya jadi lebih rajin membaca, walau terkadang tetap tidak stabil kecepatan bacanya.
Ketika memiliki peran di komunitas, apapun jabatannya, biasanya disertai dengan tanggung jawab yang harus dilakukan. Namanya komunitas, tentu saja banyak pekerjaan itu dilakukan bukan untuk diri sendiri dan banyak terkait dengan program kerja komunitas tersebut.
Buat saya, ketika menerima tanggung jawab dalam komunitas, bukan sesuatu untuk mengisi daftar pencapaian, tetapi untuk mengembalikan apa yang saya sudah dapatkan dari komunitas tersebut. Ketika mendapat kesempatan mengaplikasikan apa yang saya pelajari setelah terinspirasi dari anggota komunitas, saya ingin membuat komunitas tersebut tetap ada.
Akan tetapin saya perhatikan, ada juga perempuan dalam komunitas yang menyukai menerima jabatan tetapi tidak selalu melakukan tugas dan tanggung jawab dalam komunitas tersebut.
Disiplin dengan rutin
Komunitas yang saya ikuti bukan komunitas profesional, semua yang dilakukan berdasarkan kerelaan hati. Komunitas diikuti untuk menambah wawasan, pengalaman, teman belajar, dan sesekali tempat berbagi cerita dan tulisan.
Kegiatan seorang perempuan yang merangkap ibu tidak ada yang sama. Ada yang ibu bekerja kantor sambil mengelola bisnis, ada yang tidak bekerja di kantor tetapi harus mengurus anak yang masih kecil-kecil, ada juga mungkin yang masih belum memiliki anak atau bahkan belum menikah. Setiap orang punya rutin masing-masing yang berbeda.
Ketika dalam komunitas diadakan kegiatan, mencari waktu yang cocok untuk lebih dari 2 orang bukanlah hal yang mudah. Apalagi setiap orang pasti punya prioritas dan rutin yang berbeda.
Saya termasuk orang yang dulunya tidak terlalu punya rutin dan kurang disiplin. Setelah anak mulai besar dan saya juga belajar berbagai hal dari komunitas, saya mulai belajar untuk membagi waktu supaya tetap bisa melaksanakan peran di komunitas tanpa melupakan tugas utama di keluarga saya.
Hal terkait menyelesaikan tugas di komunitas bisa berjalan kalau saya punya disiplin dalam melakukan rutin saya. Akan tetapi ketika ada yang mengambil peran di berbagai komunitas lantas tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai jadwal yang ditetapkan, terkadang membuat saya tidak bisa diam saja (alias ngomel, hehehe).
Kesehatan dan Perubahan Hormon
Namanya perempuan itu ada banyak peran dan tanggung jawabnya. Perempuan terutama yang sudah menikah dan punya anak, tentu meletakkan prioritasnya pada keluarga dibandingkan komunitas.
Kesehatan keluarga juga mempengaruhi kegiatan seorang perempuan. Apapun peran di komunitas, bisa ditinggalkan begitu saja ketika keluarga membutuhkannya. Dan hal ini bukan sekali atau dua kali saya temui dan harus dimaklumi.
Perubahan hormon perempuan ketika hamil, atau menjelang tamu bulanan datang biasanya mempengaruhi cara merespon orang lain tekait prioritasnya. Saya sendiri sebagai perempuan menyadari kalau saya bisa lebih judes atau lebih cerewet di masa tertentu.
Belakangan saya menyadari, ketika saya mengingatkan teman-teman dalam komunitas yang tidak melakukan perannya, mereka tidak selalu bisa menerima dengan baik karena saya terlalu to the point. Saya masih terus belajar bagaimana melaksanakan tugas saya tanpa membuat orang lain tersinggung.
Plus Minus Perempuan Berkomunitas
Berada di komunitas membuat saya belajar banyak hal terutama tentang bagaimana berkomunikasi dan menghadapi berbagai karakter perempuan. Saya juga menemukan banyak inpirasi untuk belajar hal baru dan menemukan apa yang bisa saya lakukan tanpa meninggalkan tugas utama di keluarga.
Komunikasi adalah kunci
Kekurangan dari perempuan berkomunitas adalah banyak perempuan itu tidak selalu mengkomunikasikan ketika tugas yang dipercayakan tidak bisa dikerjakan tepat waktu. Mungkin memang tidak sempat memberitahukan, atau mungkin juga merasa pasti sempat menyelesaikan, jadi memilih diam-diam saja dan ternyata tak sempat, hehe.
Saya sudah sering bertemu dengan perempuan yang mempunyai banyak komunitas di mana dia selalu mengambil peran di dalamnya, eksis di sosial media, tetapi sayangnya di komunitas yang bareng dengan saya, kerjaannya selalu terlambat. Mending kalau keterlambatan ada pemberitahuan atau kalau memang butuh bantuan ya dikomunikasikan, seringnya ya diam-diam saja.
Harus ada tenggat waktu
Saya belajar menerima kalau perempuan dalam komunitas itu harus diberi tenggat waktu lebih awal. Dalam banyak hal, tenggat waktu ini juga bisa diundur berkali-kali, kecuali tenggat waktu tantangan menulis.
Seperti saya sebutkan sebelumnya, buat perempuan, komunitas daring itu tidak pernah menjadi prioritas atau menjadi hal yang dipikirkan secara serius, walau mereka sudah menyatakan bersedia untuk memegang peran di dalamnya. Mungkin bisa jadi ini berbeda kalau ada unsur profesional (alias uang) terlibat di dalamnya.
Tentu saja tugas dan tanggung jawab di rumah lebih menjadi prioritas utama. Makanan harus tersedia ketika jam makan tiba dan memastikan pakaian bersih ada untuk dipakai terutama kalau ada seragam yang digunakan di hari tertentu tentu bukan tenggat yang bisa ditunda. Tenggat di komunitas? Ah kalau memang nggak sanggup, ya gak apa-apa.
Bisa berhenti tiba-tiba dan harus dimaklumi

Karena komunitas daring dan sifatnya sukarela, tidak ada yang mengikat seorang perempuan di komunitas tersebut. Ketika dirasakan komunitas tidak nyaman lagi, tentu saja tidak akan ada larangan untuk keluar dari komunitas tersebut.
Saya sendiri pernah di tengah masa kepengurusan, berhenti dari peran yang saya ambil karena alasan yang tidak akan saya tuliskan di sini. Karena saya tahu, walaupun saya berhenti, akan selalu ada orang lain yang bisa menggantikan peran saya di sana.
Komunitas perempuan sumber inspirasi
Seperti saya sebutkan, ada banyak tantangan dan inspirasi buat saya dari berbagai komunitas perempuan yang saya ikuti secara daring. Tantangan yang terbesar tentu saja mengalahkan rasa malas dari dalam diri untuk menyelesaikan tugas terutama ketika ada gangguan kesehatan.
Saya masih terus belajar untuk menjalankan peran saya di komunitas tanpa membuat orang lain menjadi kesal (misalnya karena saya terlalu berisik atau terlalu to the point).
Saya bersyukur menemukan komunitas perempuan secara daring yang kegiatannya membuat saya bertemu dengan perempuan-perempuan yang menginspirasi saya dan membuat saya terus ingin belajar.

Leave a Reply