Better Late than Never, All We Have is Now

Tahun 2023, bulan November yang lalu saya ikut ujian kompetensi bahasa Thai. Hasilnya sudah keluar sekitar 20 Januari 2024 yang lalu. Saya sebenarnya sudah tahu kira-kira hasilnya seperti apa, tetapi menerima hasilnya tetap saja ada rasa nano-nano karena nilainya lebih royal dari dugaan saya hahaha. Di tulisan ini saya ingin menuliskan apa yang saya rasakan ketika mempersiapkan dan juga mengikuti ujian tersebut.

Better Late than Never

Tulisan di sampul buku tulis ini, membuat saya memutuskan membeli bukunya. Ternyata bukunya sepaket ada 3, dan tulisan di buku berikutnya All We Have is Now. Saya memang sedang membutuhkan buku tulis, rencananya buku itu akan saya pakai untuk latihan menulis bahasa Thai. Karena, walaupun saya bisa bahasa Thai secara lisan, dan walaupun saya mengenal semua huruf Thai, saya hanya bisa membaca tetapi tidak bisa menulis.

Iya, saya tidak bisa menulis karena saya belum berhasil mengingat ejaan kata-kata dalam bahasa Thai untuk membentuk kalimat bercerita. Bisa ditebak, ketika ujian bagian menulis saya hampir mengembalikan kertas kosong, sampai akhirnya saya memaksakan diri menuliskan beberapa kalimat yang saya tahu sebagian besar salah ejaannya, hahaha.

Selama tinggal di Chiang Mai, Thailand, memang tidak ada kebutuhan untuk menggunakan tulisan bahasa Thai. Semua bisa diselesaikan dengan lisan dan atau kemampuan baca dengan bantuan google translate. Setiap kali butuh menulis bahasa Thai, saya lebih sering seperti menyalin dari Google translate. Sudah waktunya menyediakan waktu untuk menulis kalimat-kalimat bahasa Thai setiap hari.

Sebelum memutuskan untuk mengambil ujian kompetensi, saya pikir saya sudah menguasai bahasa Thai. Toh bisa bicara dan membaca. Setiap bertemu orang Thai, saya juga sering dipuji-puji dengan logat saya yang katanya kalau saya tidak beritahu, mereka tidak akan menduga bahwa saya bukan orang Thai.

Salah satu alasan mengambil ujian kompetensi ini adalah untuk mengetahui sudah dimana kemampuan bahasa Thai saya setelah bertahun-tahun tinggal di sini. Selama ini saya tidak menemukan cara ujiannya selain ke Bangkok. Jadi saya pikir buat apa? Toh tidak ada yang mengharuskan saya mengambil ujian. Tidak bisa berbahasa Thai pun bisa loh bertahan di kota ini.

Ada juga perasaan: ngapain belajar bahasa Thai lagi? Udah cukuplah apa yang sudah dikuasai selama ini. Tapi ya, saya kembali ke perasaan: kalau masih ada kesempatan belajar, ya kenapa tidak.

Tidak ada yang mengharuskan saya ikut ujian, saya ikut ujian karena saya ingin ujian. Bukankah itu cukup jadi alasan untuk belajar lebih sungguh. Lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali. Walaupun sudah belasan tahun di sini, mungkin kesannya saya terlambat sekali baru mau serius belajar, eh tapi sebenarnya terlambat dengan ukuran waktu siapa?

Hasil ujian kemarin memang menjadi bukti juga kalau kemampuan bahasa Thai bercakap-cakap merupakan kemampuan terbaik saya diantara kemampuan bercakap-cakap, mendengar, menulis, dan membaca yang diujikan. Kemampuan menulis dan membaca hampir sama hasilnya yang masih butuh banyak berlatih, dan kemampuan mendengar saya sedikit di bawah kemampuan berbicara. Kemungkinan sih kemampuan mendengar agak kurang bukan karena kuping saya kurang terlatih, tetapi ya kosa-kata yang diujikan bukan kata-kata yang sering saya dengar sehingga saya tidak mengerti 100 persen.

All We Have is Now

Ini tulisan di sampul buku berikutnya. Kita punya waktu sekarang, ya kita belajar sekarang. Waktu nggak bisa diputar mundur, dan ga perlu diburu maju.

Setelah anak-anak besar, saya bisa tuh meninggalkan mereka di rumah sama papanya. Apalagi mereka yang paling merasakan manfaat dari kemampuan bahasa Thai saya hahaha. Tentunya dengan dukungan keluarga, walau saya harus pergi ke Bangkok untuk ujian, saya bisa juga ikut ujian kompetensi.

Saya nggak penasaran dengan hasilnya, karena saya tahu kemampuan saya sampai mana setelah saya mengikuti ujian kompetensi. Saya tahu kekurangan saya di mana dan apa yang harus dilakukan untuk belajar lagi. Yang jelas masih banyak kosa kata yang saya tidak mengerti selain kemampuan menulis yang sangat mempriatinkan hahaha.

Menulis dalam bahasa sendiri gampang bisa ribuan kata, tetapi jangankan menulis kalimat dalam bahasa Thai, menuliskan kata per kata saja saya perlu berpikir lama. Tapi tidak ada kata terlambat, saya akan tetap belajar.

Belajar bahasa itu harus digunakan. Itu prinsip belajar bahasa buat saya. Untuk bicara dan membaca saya bisa dengan mudah berlatih, tetapi untuk menulis, saya perlu lebih niat lagi. Mungkin di awal saya perlu latihan menyalin kalimat, lama-lama saya bisa menulis sendiri.

Menulis bahasa Thai di buku tentu akan membuat saya lebih mengingat banyak ejaan kata. Untuk menulis di komputer, ini masih belum masuk dalam rencana saya.

Untuk yang tertarik belajar bahasa Thai, saya pernah menuliskan beberapa catatan belajar bahasa Thai saya di blog satunya, bisa baca sendiri ya.

Rencana belajar selanjutnya

Seperti saya sebutkan tadi, saya berencana untuk menyediakan waktu berlatih menulis dan membaca bahasa Thai lebih rutin. Selain itu, sepertinya sudah waktunya untuk mencoba menonton lakorn Thai juga selain drama Korea. Walaupun mungkin dari menonton lebih banyak akan mendapat kosa kata sehari-hari dan melatih kuping saja. Tetapi pastinya akan ada kemajuan kalau lebih sering mendengarkan bahasa Thai ketika belajar bahasa Thai toh!

Oh ya, cerita tentang cara mengikuti ujian, tempat ujian, dan perjalanannya sendiri akan saya tuliskan terpisah. (Bagian ini catatan untuk diri sendiri supaya ingat juga menuliskannya).


Posted

in

,

by

Tags:

Comments

Leave a Reply