Prioritas dan Pengendalian Diri

Menetapkan prioritas dan pengendalian diri merupakan kesimpulan dari tantangan hidup yang saya alami. Setiap masa ada tantangan masing-masing dan saya bisa melewatinya setelah mengambil keputusan dan tindakan. Setiap tantangan hidup ada pelajarannya, walaupun sudah tahu apa dan bagaimana seharusnya mengatasinya, seringkali tidak semudah itu melakukannya. Berjuta alasan dicari-cari untuk jadi pembenaran ketika merasa tantangan hidup tak kunjung berakhir, padahal seringnya karena tidak bisa mengendalikan diri untuk mengerjakan apa yang sudah tahu seharusnya dikerjakan.

Contohnya langsung saja ya. Mengerjakan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan September 2023 ini sudah saya mulai sejak awal bulan. Saya sudah tahu mau menuliskan apa dan tidak merencanakan untuk mengerjakannya sebagai deadliner. Tetapi, setiap saya mau memulai menulis, selalu ada alasan mulai dari masih ada hari esok, ada tontonan drakor sampai dengan sudah terlalu mengantuk untuk menulis. Pada akhirnya, saya menjadi deadliner karena saya tidak mengatur prioritas untuk menulis dan juga saya kalah dengan berbagai alasan. Dengan kata lain saya kurang punya pengendalian diri untuk mengerjakan apa yang menjadi prioritas

Alasan atau pembenaran?

Kalau contoh sebelumnya hanya masalah menulis tantangan, tetapi kalau diingat-ingat, hal yang sama juga terjadi di masa mengerjakan skripsi S1 dan Tesis S2. Padahal seharusnya saya sudah tahu dari pengalaman di S1 untuk tidak menunda menyelesaikan tugas akhir, tetapi tetap saja saya harus bayar ekstra 1 semester untuk selesai S2. Mungkin ini karena waktu S2 saya kuliah tidak bayar alias dibayarin beasiswa, jadi agak kurang menghargai? Tetapi setelah saya harus merogoh isi kantong sendiri bayar 1 semester ekstra, saya memaksa diri untuk menyelesaikan studi. Tahu apa yang harus dilakukan saja tidak cukup, saya tetap harus mengendalikan diri untuk melakukan yang memang harus dilakukan.

Contoh lain lagi nih. Mama saya kemarin cerita kalau ada temannya yang beberapa kali minjam uang ke dia. Nggak banyak sih, tetapi ya mama saya meminjamkan karena rasa kasihan ke orang tersebut. Mama saya memberikan pinjaman tanpa bunga, dan hanya dengan janji kalau orang itu akan menyicil mengembalikannya. Bisa ditebak, beberapa kali cicilan pertama dibayarkan, tetapi kemudian cicilan tidak lancar.

Orangnya selalu bilang tidak punya uang. Ternyata dia punya pinjaman ke bank juga yang pakai bunga, dan tentu saja dia lebih memprioritaskan bayar cicilan ke bank daripada ke mama saya. Jadi apakah orang itu tau kalau dia seharusnya membayar juga ke mama saya? Tentu saja tahu, tetapi dia tidak memprioritaskan untuk membayar ke mama saya. Pertimbangannya pasti toh karena hutang yang tidak ada bunganya bisa belakangan dibayar, sedangkan kalau yang pakai bunga kalau tidak dibayar akan semakin membengkak.

Tetapi ya tentu saja itu semua hanya alasan. Karena sebenarnya, seandainya orang itu memang mengusahakan untuk mengembalikan juga ke mama saya (dengan catatan dia memang punya sumber pemasukan dan punya perencanaan keuangan yang benar), namanya pinjaman harus dikembalikan.

Sekarang saya akan kasih contoh lain tentang saya lagi. Sejak 2023 saya jarang sekali menulis blog, padahal di tahun-tahun sebelumnya, saya bisa loh menulis setiap hari. Sebenarnya alasan saya sih tahun ini memang ingin istirahat dari memaksa diri menulis setiap hari, tetapi alasan ini malah membuat saya bisa setiap bulan hanya menulis 1 tulisan. Untung saja masih ada nih tantangan Mamah Gajah Ngeblog, jadi setidaknya setiap bulan masih ada tulisan di blog ini.

Berhenti cari alasan!

Ketika sampai di negeri Thailand, saya merasa tidak betah karena bahasanya sulit dipelajari. Tulisan cacing yang sulit dibaca dan nada tinggi rendah bisa membedakan makna bikin sakit kepala. Saya sempat ribut dengan pak suami dan minta pulang ke Indonesia.

Sekian belas tahun kemudian, kalau diajak pulang ke Indonesia saya rasanya gak rela. Cari-cari alasan bilang nggak ada kota di Indonesia yang bisa memberikan kenyamanan hidup seperti di kota Chiang Mai. Padahal sih, kemungkinan belum ketemu aja ya. Kalau terpaksa pasti nanti ketemu, tapi kalau belum terpaksa ya sudah tinggal di sini dulu aja.

Walaupun saya masih harus terus belajar bahasa Thai, akhirnya saya bisa mulai membaca huruf cacing dan membedakan nada tinggi rendah ketika berkomunikasi menggunakan bahasa Thai. Ketika saya mulai bisa berkomunikasi dengan bahasa Thai, saya semakin betah tinggal di negeri ini. Jadi sebenarnya, belajar dari pengalaman tentang adaptasi dengan tempat baru, pasti bisa kalau memang butuh tapi memang harus kuat mengalahkan setiap diri mulai mencari alasan atau pembenaran.

Prioritas

Mungkin ada yang merasa tantangan hidup saya sepele banget ya, apa ga ada yang W.O.W gitu? Pasti ada, tapi ujung-ujungnya sama kok kesimpulannya masalah menetapkan prioritas dan pengendalian diri. Tantangan seberat apapun kalau kita jadikan prioritas, kuatkan tekat dan kendalikan diri untuk menyelesaikannya pasti ada jalannya. Prioritas dan pengendalian diri ini hanya gampang dituliskan tetapi sulit dilakukan.

Mau itu tantangan ketika mengerjakan skripsi, rutin jalan setiap hari ataupun menulis setiap hari, semuanya itu bisa dilakukan setelah menetapkan prioritas menguatkan tekat untuk tidak kalah dari alasan yang dicari-cari dan yang terpenting apapun itu carilah jalan untuk mengerjakan apa yang sudah diprioritaskan.

Seperti halnya buku self-help cuma teori dan tidak akan berguna kalau cuma dibaca tetapi tidak dipraktikkan saran-sarannya demikian juga kita harus bisa mengendalikan diri untuk melakukan apa yang kita tahu sebagai cara untuk mengatasi tantangan hidup. Kita harus menemukan jalannya, katanya sih kalau memang penting pasti akan ketemu jalannya. Kalau yang ketemu alasan dan alasan berarti hal tersebut nggak kita anggap penting dan sepertinya bukan prioritas.

Boleh dibalik nggak kesimpulannya? Apakah kalau orang-orang mencari-cari alasan ketika ditagih janjinya berarti janjinya tersebut tidak penting? Bisa jadi sih, kayak contoh orang yang tidak mengembalikan pinjaman karena tidak ada bunga, kemungkinan dia tidak menepati janjinya karena dia tidak merasa penting mengembalikan pinjaman tanpa bunga.

Sebenernya saya juga ada nih satu janji buat menulis untuk blog MGN yang sampai sekarang belum jadi juga dituliskan. Sadar diri sih, selama ini ada banyak alasan dan menunda-nunda makanya belum jadi juga tuh tulisannya. Tapi sebelum 2023 berakhir saya harus menulis setidaknya sekali buat web MGN (janji ditulis di sini biar gak bisa ngeles kalau ditagih MahMin).

Setiap orang bisa memiliki cara pandang yang berbeda terhadap apa itu tantangan hidup, apa yang penting dan prioritas. Seperti halnya tantangan menulis setiap bulan, buat sebagian orang memang tidak sepenting itu buat mendapatkan badge rutin setoran setiap bulan dari Tantangan Blogging MGN, tetapi buat saya masih penting, maka jadilah tulisan ini, hehehe.

banner tantangan MGN 2023

Yay saya berhasil mengalahkan berjuta alasan saya dan menyelesaikan tulisan tantangan blogging MGN September 2023.


Posted

in

by

Comments

7 responses to “Prioritas dan Pengendalian Diri”

  1. Alfi Avatar

    Yeiyyy akhirnyaaa. Tepuk tangaaan! ????
    Emang bener, tantangan jadi makin berat kalau nggak segera dihadapi dan diatasi. Makin nunggu, bakal makin banyak pertimbangan. Blm lagi tantangan2 lain yg mungkin datang …. Itu teorinya. Pada prakteknya, aku juga baru setor di H-1 ?
    Yuk ah, semangat buat badge konsisten setaun MGN! ?

  2. dewi laily purnamasari Avatar

    Semangat teh Risna … aku terinspirasi dirimu loh nulis setiap hari he3 … : entahlah kalau semesteran ini sudah full ngajar apa bisa ya? malah nanti bikin alasan deh, kan sibuk ngajar.

  3. Ririn Avatar

    Wah refleksi diri sendiri nih aku jadinya. Memang sih, yang kebanyakan dikasih alasan itu yang (secara sadar ataupun tidak) dianggap tidak penting. Kadang jadi malu sendiri, kenapa kok adaaaa aja alasannya?

  4. sunglow mama Avatar

    Tulisan yang sederhana tapi begitu nyambung sebagai keseharian blogger.

    Aku berusaha di tengah2, ngga mau terlalu maksa dan maunya nulis yang enjoy ditulis. Makanya senang juga baca tulisan Mamah MGN biar ingat nulis yang joyful.

    Hayuuk teh nulis untuk web MGN 🙂

  5. Shanty Dewi Arifin Avatar

    Tapi bener sih ya, tantangan beradaptasi di daerah baru itu memang penuh perjuangan. Ternyata kebanyakan orang memang melaluinya dan itu biasanya bisa perlu waktu hitungan tahun untuk bisa nyaman dan betah.

  6. Sri Nurilla Avatar

    “Tulisan cacing yang sulit dibaca dan nada tinggi rendah bisa membedakan makna bikin sakit kepala.” Ahahaha

    Ealah ternyata malah betah banget sampai ga mau pulang ya, Risna. The power of tak kenal maka tak sayang. Ehehe.

    “Penting” dan “prioritas”, suka dengan narasi Kak Risna. ?

  7. Yustika Avatar

    Setuju banget sama tulisan Teteh tentang prioritas. Kalau suatu hal nggak jadi prioritas buat kita, mau bagaimana pun kita nggak akan make time for it.

Leave a Reply