keberangkatan NH. Dini

Review Buku: Keberangkatan, NH.Dini

Satu lagi buku selesai didengarkan di Storytel. Setelah merasa bosan dengan cerita yang begitu-begitu saja, saya mencoba mendengarkan karya lawas dari sastrawan yang sudah dikenal sebagian besar orang. Pujian kepada narator cerita ini, yang membuat saya semakin menikmati jalan cerita dari novel NH. Dini ini.

novel ini mengambil kisah di masa lampau

Tentang Buku Keberangkatan

Buku pertama terbit 1977 dan telah berkali-kali berganti cover

Novel Keberangkatan karya NH. Dini ini diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya di tahun 1977. Sejak saat itu, novel ini sudah berkali-kali dicetak (termasuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris). Novel yang saya baca (dengarkan) merupakan novel versi cetakan Gramedia Pustaka Utama, bulan Februari tahun 2019 yang berjumlah 242 halaman.

Jika didengarkan dengan kecepatan normal, dibutuhkan waktu 8 jam 36 menit untuk mendengarkannya. Tapi, saya mempercepatnya 1.5 kali sehingga bisa menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 6 jam. Narator di Storytel Beatrix Renita cukup lambat memang membacanya, sehingga ketika dipercepat pun, saya masih bisa mendengarkannya dengan baik.

Saya harus berterimakasih pada narator yang suaranya bisa membuat saya merasa seakan diceritakan langsung oleh Elisabeth Frassart, wanita Indo (campuran Indonesia Belanda) yang menjadi tokoh utama dalam novel Keberangkatan ini.

Sinopsis Novel Keberangkatan

Novel ini bercerita tentang seorang wanita Indo yang bekerja sebagai pramugrari GIA dalam pencarian jati dirinya. Cerita banyak mengambil tempat di Jakarta, di masa setelah kemerdekaan dan masa di mana orang-orang keturunan campuran Indonesia Belanda ditolak oleh warga setempat sehingga pemerinta memberikan kesempatan buat mereka memilih untuk menjadi WNI atau pergi ke Belanda.

Cerita dibuka ketika Elisa mengantarkan keluarganya ke bandara Kemayoran (waktu itu belum ada bandara Soekarno Hatta/ Cengkareng). Keluarganya memilih untuk memulai hidup di Belanda, karena merasa ditolak di Indonesia. Sedangkan Elisa yang sejak umur 17 tahun sudah meninggalkan rumah karena ibunya yang tidak baik, memilih untuk tinggal di Indonesia.

Elisa merasa dirinya adalah orang Indonesia. Elisa yang beragama katolik ini ingin mencari pasangan orang Indonesia, orang Jawa tepatnya. Cerita dalam novel ini, selain berkisah tentang kehidupan persahabatannya dengan beberapa pramugari lainnya yang tinggal serumah, juga tentang perjalanan cintanya mencari pasangan orang Indonesia, dan juga tentang pencarian siapakah ayahnya yang sesungguhnya. Ibu Elisa ini ternyata agak “liar” hidupnya, karena dia terlibat dengan 3 lelaki yang ada di rumahnya.

Singkat cerita, ada beberapa pria yang diceritakan dekat dengan Elisa yang kecantikannya masih natural. Dia mengenal cinta pertamanya yang masih saudara Lanshi, sahabatnya yang juga teman serumahnya. Elisa sudah dibawa ke Solo dan diperkenalkan dengan seluruh keluarga, sudah dibelikan cincin dengan bertuliskan nama lelaki itu juga. Tapi ternyata, jodoh berkata lain. Pria itu harus menikahi wanita lain karena ternyata wanita tersebut sudah hamil duluan.

Elisa yang patah hati, sempat merasa kehilangan semangat hidup. Sampai akhirnya, dalam sebuah penerbangan, pesawatnya mengalami kecelakaan dan nyaris saja merenggut nyawanya. Hal ini menyadarkannya kalau lelaki bukan satu saja dan hidupnya masih punya banyak hal lainnya untuk dilakukan selain meratapi lelaki buaya.

Di akhir ceritanya, Elisa akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaanya tentang apakah dia sebaiknya di Indonesia atau Belanda, dan apakah dia anak ayahnya atau anak orang lain. Yang jelas, mencari lelaki bukanlah menjadi prioritas hidupnya lagi, hehehe…

Hal-hal yang menarik dari Keberangkatan oleh NH. Dini

Novel ini menarik karena walaupun dituliskannya sudah berpuluh tahun lalu, tapi sampai sekarang persoalan yang diceritakan masih sering terjadi. Ceritanya tidak sekedar pencarian cinta yang harus berakhir dengan pernikahan, tapi banyak menceritakan kondisi sosial masyarakat Indonesia pada saat itu.

Persoalan WNI campuran dan yang disebut pribumi, walaupun sudah berkurang, masih tetap menjadi persoalan yang sensitif. Kisah cinta pertama yang membuat si wanita merasa dunia runtuh dan hidup tak ada artinya pun masih saja banyak terjadi dan bukan hanya dalam novel saja.

Gaya pacaran di mana pria yang menuntut lebih dari sekedar pegang tangan juga ada dalam novel ini. Dalam novel ini, ada bagian cerita percumbuan wanita dan pria, tapi Elisa tidak memberikan lebih dari batas yang dibolehkan agama. Sepertinya, karena Elisa menolak tidur bareng, makanya si cowok nyari cewek lain. Eh malah cewek lain itu hamil pula.

Saya suka dengan persahabatan Elisa dan Lansih. Walaupun pria yang menyakiti hati Elisa masih kerabatnya, tapi dia tetap membela Elisa dan menyalahkan kerabatnya itu. Saat Elisa meratapi kemalangan nasibnya ditinggal kawin oleh kekasih, Lansih membesarkan hatinya dengan berkata: coba kalau kamu di posisi gadis yang dinikahi karena hamil itu. Sudah syukur kamu tidak dirusak oleh lelaki itu. Jadi jangan pikir masalah hidupmu paling besar dibandingkan masalah orang lain. Jleb banget ya kata-kata sahabatnya, tapi memang itu yang akhirnya membuat Elisa tersadar kalau memang dasar saja Sukoharjito (nama lelaki itu) lah yang memang lelaki jahat.

Yang sedikit bikin heran adalah, kalau jelas-jelas Elisa seorang Katolik, kenapa keluarga Sukoharjito (yang diceritakan saat itu sedang berlebaran) nggak mempermasalahkan agama Elisa waktu datang ya? Bahkan adik-adik perempuan Sukoharjito sangat mendukung hubungan kakaknya dengan Elisa, gadis Indo tersebut.

Penutup

Saya spoiler aja ya akhirnya. Novel ini diberi judul keberangkatan, karena selain dibuka dengan cerita keluarga Elisa berangkat ke Belanda, cerita ditutup dengan keberangkatan Elisa ke Bangkok, yang kemudian dilanjutkan ke Belanda. Iya, akhirnya Elisa memilih untuk menjadi warga negara Belanda. Dalam hati, saya berkata: “Gara-gara dibikin patah hati oleh pemuda pribumi, langsung ga pengen jadi WNI? Segitu doang nilai kewarganegaraaan?”

Kutipan dari buku Keberangkatan yang juga cukup menohok dan sering dijadikan akhir bahagia dari kisah fiksi lainnya membahas tentang perkawinan. “Perkawinan bukan satu-satunya tujuan dalam hidup. Masing-masing kita wajib mencari pengisian yang sesuai dan sepadan guna mengimbangi kebutuhan jiwa. Oleh karenanya cerita manusia tidak berakhir hanya pada perkawinan. Jangan kau kira orang-orang yang telah kawin tidak mempunyai persoalan lagi dalam hidupnya.”

Jadi ingat ada buku NH. Dini yang pernah dimulai tapi belum diselesaikan, yang judulnya Padang Ilalang di Belakang Rumah. Selain judul itu, ada yang punya rekomendasi buku NH.Dini yang paling kalian suka?


Posted

in

, ,

by

Comments

3 responses to “Review Buku: Keberangkatan, NH.Dini”

  1. […] saya membaca/mendengar buku Keberangkatan oleh NH. Dini, saya jadi terpikir juga dengan obrolan tentang akhir dari sebuah kisah fiksi baik buku maupun […]

  2. […] membaca cerita Terusir dan juga sebelumnya novel Keberangkatan Nh. Dini, saya merasa karya sastra masa dulu ceritanya lebih menarik daripada karya sastra jaman sekarang. […]

  3. […] deg-degan. Eh tapi ceritanya ini bukan tentang teknis penerbangan ataupun cerita pramugari seperti buku Keberangkatan karya N.h. Dini. Cerita buku Critical Eleven karya Ika Natassa ini drama yang berawal romantis dan manis, sejenis […]

Leave a Reply