persamaan yang menyebabkan iri hati

Ada yang murah hati, kenapa ada yang iri hati?

Hari ini, saya membaca potongan ayat tentang iri hati dari Matius 20:15. Saya membayangkan diucapkan dengan nada yang bikin orang julid bisa tambah julid. Jadi teringat dengan tema tantangan menulis di KLIP tentang kata julid yang baru masuk menjadi kata baku di KBBI ini.

Orang punya duit mah bebas, dilarang iri!

Konteks cerita: Kesepakatan di awal

Karena penasaran, saya membaca konteks cerita keseluruhan dari Matius 20: 1 – 16. Saya akan meringkas ceritanya sebagai berikut.

Seorang kaya yang mempunyai kebun anggur sedang mencari pekerja untuk kebunnya sejak pagi dan berjanji memberi upah 1 dinar sehari. Jam 9 pagi, dia bertemu segerombolan orang menganggur dan mereka sepakat untuk bekerja membantu di kebun anggur. Lalu jam 5 sore, dia bertemu orang yang menganggur lainnya dan dia pun menawarkan pekerjaan dengan upah 1 dinar sehari dan disepakati.

Malam hari tiba, dan tuan pemilik kebun ini memanggil orang-orang yang bekerja padanya dan memberikan bayarannya sesuai kesepakatan. Pertama dia memanggil yang mulai bekerja jam 5 sore dan memberikan masing-masing 1 dinar. Kemudian dia memanggil pekerja yang mulai jam 9 pagi dan memberikan bayaran yang sama 1 dinar.

Lalu, tentu saja yang mulai jam 9 pagi protes berat dan merasa diperlakukan tidak adil. Kok bisa-bisanya orang yang mulai lebih sore, dibayar sama dengan mereka yang mulai lebih pagi?

Sampai di bagian itu, saya bisa merasakan perasaan dari pekerja yang sudah mulai dari pagi. Pastilah mereka merasa diperlakukan tidak adil. Tapi, si pemberi pekerjaan menjawab dengan santainya kalau dia membayar sesuai dengan kesepakatan 1 dinar sehari lalu ditutup dengan kalimat yang intinya bilang kenapa kamu iri hati dengan kemurahan hatiku yang memberikan jumlah yang sama untuk yang mulai lebih sore?

Jleb banget ga tuh?

Apakah keadilan itu?

Kalau dipikir-pikir, keadilan itu memang tidak selalu berarti sama rata sama rasa. Apakah si tuan pemilik kebun salah dan berlaku tidak adil ketika memberi bayaran yang sama kepada pekerja yang jam mulainya berbeda?

Tidak bisa juga dikatakan tidak adil, karena kesepakatannya memang membayar 1 dinar sehari tanpa menyebutkan jam dimulai dan berakhirnya. Tapi memang, kemurahan hati si pemilik kebun lah yang membuat bayaran itu bukan dihitung per jam. Dan karena itu uang dia, dan toh sudah disepakati, kenapa kita merasa perlu protes?

Boleh protes, tapi jangan julid

Saya jadi merenungkan, seringkali, ketika kita merasa diperlakukan tidak adil, kita jadi protes. Ketika protes kita tetap tidak membawa hasil apapun, kita mencari dukungan dari orang-orang lain dengan menceritakan kalau sudah diperlakukan tidak adil.

Jaman sekarang ini, banyak yang menceritakannya di internet/ media sosial tanpa menyebutkan nama tapi sebenarnya dengan jelas mendeskripsikan siapa yang memperlakukannya tidak adil.

Masalahnya adalah, terkadang kita yang salah, tapi tidak mau menerima kalau kita salah. Kita terus menerus mencari dukungan dari orang banyak tentang kesalahan orang yang menurut kita memperlakukan kita tidak adil. Inilah yang menurut saya salah satu penyebab banyak yang julid di internet.

Cerita dari kisah protes pekerja dan pemilik kebun ini hanya salah satu contoh, tidak semua yang kita pikirkan itu yang paling benar. Kalau ada hal yang kita rasa tidak sesuai, silakan saja bertanya langsung daripada menyebar berita tidak benar di belakang orang tersebut.

Bagaimana kalau kita dijulidin?

Kita juga perlu belajar dari tuan pemilik kebun. Kita tidak perlu menjawab julid dengan julid lagi, karena orang yang julid ke kita itu sudah di luar kendali kita, sedangkan bagaimana respon kita, itulah yang bisa kita kendalikan. Jawab dengan elegan kalau ada yang protes atau kalau mau mudah sih cuekin aja!


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply