membaca dan menulis

Hubungan Antara Menulis dan Membaca

Saya yakin, setiap orang yang suka menulis atau mengaku penulis, pasti tahu kalau seorang penulis harus membaca. Alasannya? Tentu saja karena dari membaca kita mendapatkan input untuk diolah menjadi tulisan. Selain itu juga kalau kita tidak membaca, kita akan seperti katak di bawah tempurung yang merasa dunianya adalah segalanya, padahal dia ternyata hidup di bagian kecil dari apa yang disebut dunia.

Penulis Harus Membaca

Seorang penulis harus membaca, tapi tidak semua yang suka membaca bisa jadi penulis. Begitulah kesimpulan yang sering disebutkan dalam huungan antara menulis dan membaca. Dalam rangkaian kegiatan Indonesia Literacy Festival yang saya ikuti, hampir semua sesi selalu mendengungkan hal yang sama. Mengajak untuk membaca, membaca dan membaca. Padahal, yang ikut kegiatan itu orang-orang yang tergabung dalam berbagai komunitas menulis loh.

Sebenarnya, walaupun tanpa mengajak menulis, namanya seorang penulis pasti suka menulis dong, gak harus diajak lagi. Tapi ternyata, tidak semua penulis suka membaca (contohnya saya yang masih sedikit sekali membacanya).

Jadi ternyata selain menulis setiap hari, sebaiknya seorang penulis (walau hanya penulis blog curcol) membaca setiap hari. Kalau perlu, tuangkan apa yang didapat dari bacaan ke dalam tulisan, untuk sekaligus melatih menulis yang efektif dan melatih pemilihan kata dalam menulis.

Ada banyak perumpaan tentang membaca, intinya sih dari membaca kita bisa mendapatkan data yang bisa kita olah menjadi informasi dan pengetahuan. Akan tetapi informasi yang kita olah itu bisa jadi tidak sama dengan informasi yang orang lain dapatkan. Semua tergantung pada pengetahuan yang sudah dimilki sebelumnya.

Sumber Bacaan Bukan Hanya Buku (Cetak)

Semakin banyak kita membaca, semakin banyak data yang kita olah menjadi pengetahuan. Saat ini, membaca tidak lagi terbatas membaca huruf saja, tapi juga bisa membaca dengan mendengarkan audio atau menonton video. Semua itu menjadi sumber data yang kita olah menjadi pengetahuan.

Bagaimana memilah data yang masuk? Ada yang belajar dari membaca buku, membaca artikel, membaca tulisan. Ada juga yang lebih mudah belajar dengan melihat video ataupun hanya audio saja.

Salah satu yang dilakukan oleh teman-teman di Drakor Class secara tidak langsung membaca drama Korea dan menyuarakan apa yang dipikirkan menjadi bentuk tulisan. Apakah tulisannya semata-mata dari hasil menonton saja? Tentu tidak, karena terkadang dengan adanya data dari tontonan, kami mencari tahu informasi tambahan sebelum kemudian mengambil kesimpulan baru untuk dituliskan.

Saya sendiri suka membaca buku yang dibacakan bersuara (audiobook). Masalahnya adalah, ketika membaca dengan mata, saya sering mengantuk, akan tetapi ketika ada suara orang lain yang membacakan, saya jadi lebih bisa memrosesnya menjadi informasi dan pengetahuan.

Oh ya, saya tau ada sebagian orang yang membedakan antara buku fisik dan buku elektronik. Padahal sebenarnya itu hanya bentuk saja, dan isinya sama saja. Kalau menurut saya itu sekedar preferensi sih, seperti halnya makan bubur lebih suka diaduk atau dipisah, padahal ya sama-sama bubur dengan isi yang sama.

Pilih-pilih Bacaan

Seperti halnya makanan, tidak semua buku, video dan audio boleh kita konsumsi. Tidak semua orang sepakat kalau Durian itu enak, demikan juga tidak semua orang sepakat makanan pedas itu paling enak. Bahan bacaan juga sama saja, tidak semua yang menarik dan bagus menurut orang lain baik dan bagus untuk kita. Bahan bacaan yang saya maksud di sini bukan hanya buku. Hal ini juga kenapa saya tidak menonton Squid Game, karena saya rasa tontonan itu tidak baik bagi saya.

Memilih bacaan ini penting. Selain untuk jadi bahan belajar dan menambah pengetahuan, tentu saja kita harus bisa menikmati proses membacanya. Saat ini ada banyak sekali buku membahas topik yang sama, ada banyak film dan drama untuk cerita yang kurang lebih sama. Jangan karena semua orang membacanya, kita merasa kitapun harus ikut membacanya.

Selain masalah pilih-pilih jenis bacaan, saya juga memilih membaca hal produk yang memang sudah selesai dikerjakan. Ini salah satu alasan kenapa saya tidak suka membaca cerita bersambung ataupun cerita di aplikasi yang belum selesai dituliskan oleh penulisnya. Kalau cerita drama bagaimana? Setidaknya dalam setiap episodenya, biasanya ceritanya sudah selesai dan kalaupun saya berhenti tidak akan masalahn. Khusus drama Korea, walaupun mengikuti satu atau dua episode per minggu, tapi saya tahu biasanya ceritanya sudah selesai dituliskan/diproduksi, jadi tidak akan ada kemungkinan saya digantung/ menunggu tanpa kabar berita.

Kamu Suka Membaca Apa?

Selama ini, saya sering merasa bersalah karena saya jarang sekali membaca buku. Saya lebih banyak membaca blog atau menonton film (dan drama). Tapi setelah saya pikirkan kembali dengan apa yang disebut membaca, saya jadi mengerti kenapa saya masih tetap bisa menulis. Hasil dari menonton dan atau mendengarkan audiobook, cukup membantu saya untuk menambah pengetahuan saya untuk proses berpikir dalam menulis kembali.

Idealnya sih memang, saya harus membaca buku lebih banyak lagi, karena tulisan di buku itu biasanya sudah jelas melewati proses penyuntingan dan tentunya ada tim yang bekerja memastikan kalau buku itu akan memberi manfaat untuk pembacanya dan bukan memberikan pandangan yang malah membuat bingung.

Kalau kamu suka baca apa? Bukan, saya bukan bertanya buku apa, tapi media apakah yang suka kamu baca? Ada yang suka baca drama Korea seperti saya? Atau ada yang masih berjuang untuk lebih banyak membaca buku padahal lagi belajar menulis seperti saya? Yuk tuliskan di komentar ya.


Posted

in

by

Tags:

Comments

2 responses to “Hubungan Antara Menulis dan Membaca”

  1. Sri Nurilla Avatar

    Gercep Risna menulisnya. Once ada idea, langsung ditumpahkan dalam tulisan ya Risna. Mamah role model. 🙂

    Betul sekali Risna. Setuju. Membaca adalah a MUST buat para penulis, agar meluas wawasannya. Aku suka buku fisik dan kindle, Risna. Kalau audio book, aku belom pernah nyoba. Yang kindle pun, aku baca biasa saja, tidak kuaktifkan audio-nya.

    Podcast juga jaraang banget, baru sekali saja mencoba dengerinnya.

  2. […] hal itu harus agak dipaksa baru dilakukan. Harapannya, lama-lama jadi kebiasaan baik. Katanya kan penulis harus membaca supaya lancar […]

Leave a Reply